Mohon tunggu...
Sri Endah Mufidah
Sri Endah Mufidah Mohon Tunggu... Guru - Guru PAI di Pemkab Blitar

Menyukai dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Beli Baju Baru, Antara Tradisi dan Keharusan

16 April 2022   09:43 Diperbarui: 16 April 2022   09:46 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pikiran-rakyat.com

Berbicara tentang baju lebaran teringat satu lagu yang dinyanyikan artis cilik saat itu yaitu Dea Ananda di tahun 1997.

Baju baru alhamdulilah

Tuk dipakai dihari raya

Tak punyapun tak apa-apa

Masih ada baju yang lama (sumber: https://lirik.kapanlagi.com/artis/dea-ananda/baju-baru/)

Lagu tersebut, tersirat sebuah makna, bahwa apabila tidak memiliki baju baru, baju lamapun masih bisa dipakai. Satu konsep kesederhanaan yang harus ditanamkan saat lebaran. 

Meskipun (hampir) semua orang berbondong-bondong membeli baju baru, tapi itu bukan merupakan satu keharusan, hanya tradisi semata, karena esensi dari lebaran itu adalah merayakan kemenangan setelah kita berhasil mengekang hawa nafsu selama satu bulan penuh. 

Hendaknya hari raya diisi dengan saling bermaafan, saling bersilaturrahmi, saling mengubur kesalahan masa lalu dengan mengisi lembar baru kehidupan dengan hal-hal yang baik dan positif.

Karena adanya sebuah tradisi untuk saling bersilaturrahmi, tak ayal lagi kita akan saling bertemu dengan banyak orang sehingga kita akan merasa malu / minder apabila menggunakan baju yang lecek, kusam atau baju yang tak layak.

Meskipun tidak memiliki baju baru, baju lamapun asal masih layak dan bersih bisa kok dipakai. Tidak ada yang mewajibkan mengenakan baju baru.

Menjelang lebaran, toko pakaian akan penuh sesak dengan customer yang berbelanja, terutama baju lebaran. Bukan hanya baju sih sebenarnya, semua yang ada kaitan dengan hari raya akan diborong. Mulai dari kordin, taplak meja, toples, mukena dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun