Mohon tunggu...
Sri Endah Mufidah
Sri Endah Mufidah Mohon Tunggu... Guru - Guru PAI di Pemkab Blitar

Menyukai dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menunda Pelaksanaan Tatap Muka di Sekolah Bukan Satu-satunya Solusi yang Bagus untuk Diambil

16 Januari 2022   16:24 Diperbarui: 16 Januari 2022   16:32 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak level PPKM kab Blitar turun ke level 2, semua sekolah di wilayah Blitar mulai melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT). 

Sekitar pertengahan semester ganjil kemarin atau sekitar bulan Maret 2021, sekolah masih memberlakukan 4 jam pembelajaran perhari saja serta jumlah peserta didik masih 50% dari kapasitas ruang kelas. 

Akan tetapi, setelah terbit Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Menteri Agama, Menteri Kesehatan Dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 05/KB/2021, Nomor 1347 Tahun 2021, Nomor HK.01.08/MENKES/6678/2021, Nomor 443-5847 Tahun 2021 Tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Coronavirus disease2019 (covid-19).  

Maka bagi sekolah atau satuan pendidikan yang Tenaga pendidik dan Kependidikannya capaian vaksinasi dosis 2 sudah diatas 80 % serta warga masyarakat capaian vaksinasi dosis 2 sudah diatas 50%, maka sekolah boleh melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas setiap hari dan jumlah peserta didik 100% dari kapasitas ruang kelas.

Surat Keputusan Bersama (SKB) ini tentu saja disambut dengan penuh antusias oleh semua elemen masyarakat, mulai dari pendidik, peserta didik, wali peserta didik, serta masyarakat luas.

Bisa dimaklumi, karena setelah lebih dari setahun, hampir semua lembaga pendidikan menerapkan pembelajaran daring (dalam jaringan) atau pembelajaran online, sudah muncul rasa bosan terutama bagi para peserta didik. Ini bisa dilihat dari tingkat keaktifan peserta didik yang cenderung menunjukkan angka penurunan. 

Selain itu, hasil evaluasi baik setengah semester mapun akhir semester, menunjukkan angka pencapaian yang relatif rendah. Hal itu bisa dimaklumi, karena pembelajaran secara daring atau online, kurang bisa memberikan hasil secara maksimal, karena guru tidak atau kurang bisa mengontrol peserta didik secara langsung.

Banyak kasus, terutama didaerah pedesaan banyak peserta didik yang akhirnya harus putus sekolah, karena mereka merasa  terlalu banyak waktu luang di rumah. 

Mereka menggarisbawahi bahwa pembelajaran secara daring bisa ditunda pengerjaan tugasnya, sehingga diwaktu siang mereka menghabiskan waktu untuk membantu orang tua bekerja. Ada yang mencari rumput, mencari pasir di sungai, di sawah dan lain-lain.

Sebenarnya, yang perlu dievaluasi pertama atas kekurangberhasilan ini adalah kurangnya motivasi serta dorongan dari pendidik serta orang tua. Guru harus memastikan bahwa peserta didik harus secara aktif mengikuti pembelajaran. Hal ini bisa disiasati dengan pembelajaran menggunakan zoom, google meet atau video call.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun