Mohon tunggu...
Sri Endah Mufidah
Sri Endah Mufidah Mohon Tunggu... Guru - Guru PAI di Pemkab Blitar

Menyukai dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Selektif Memilah Limbah Rumah Tangga

26 September 2021   10:42 Diperbarui: 26 September 2021   10:47 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Limbah rumah tangga menjadi salah satu masalah terbesar di lingkungan. Bayangkan saja, jika satu keluarga menghasilkan sampah sekitar 3 atau 4 kilogram perhari, berapa banyak sampah yang akan menumpuk untuk satu RT, satu RW, satu desa, satu kecamatan, satu kabupaten bahkan satu negara. Kita tinggal mengalikannya saja. Tetapi tidak penting dan tidak ada gunanya memikirkan hal tersebut. Yang terpenting adalah, memikirkan bagaimana limbah serta semua sampah yang dihasilkan dari rumah tangga bisa berdaya guna serta tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.

Seharusnya, limbah rumah tangga tidak akan menjadi masalah apabila seluruh warga peduli serta bahu membahu meminimalisir dalam menggunakan sampah terutama sampah plastik.

Secara garis besar, limbah/ sampah  rumah tangga dibagi menjadi dua, yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik seperti buah, sayuran, sisa-sisa makanan, ikan, daging yang sudah rusak  dan lain-lain. Sampah jenis ini bisa diurai oleh tanah, sehingga cukup mudah untuk mengatasinya. Sampah-sampah tersebut bisa dijadikan kompos, yang selanjutnya akan bisa menyuburkan tanaman.

Selain itu, apabila memiliki beberapa binatang ternak, seperti ayam, ikan, bebek, bekas makanan tersebut bisa digunakan untuk makanan binatang tersebut. Akan tetapi, jangan menunggu sampah tersebut sampai memenuhi tempat sampah. 

Segera berikan ke binatang ternak, apabila dirasa sudah cukup banyak, karena yang terjadi kemudian apabila kita menumpuk sampah adalah akan menimbulkan bau busuk, banyak lalat, kecoa dan lain-lain. Selain bisa dijadikan makanan binatang, sampah tersebut bisa langsung ditanam di ladang apabila kita memiliki ladang yang cukup luas. Dari sini, sampah-sampah tersebut akan bisa diurai oleh tanah, sehingga bisa membuat subur tanah dan pada akhirnya bagus untuk tanaman diatasnya.

Sampah yang berupa bekas perapian (abu) juga sangat mengganggu. Apabila kita memasak menggunakan tungku dengan kayu bakar sebagai bahan bakarnya, tentu akan menghasilkan abu yang banyak. Abu, baik sekali digunakan untuk pupuk tanaman, serta bisa digunakan untuk mengubah pH tanah yang terlalu asam. Selain itu, abu juga bisa dimanfaatkan sebagai alat untuk membersihkan perabot dapur yang memiliki noda membandel.

Limbah selanjutnya adalah jelantah atau  minyak goreng bekas. Minyak ini tidak bagus untuk tubuh apabila dikonsumsi, sehingga kita harus rutin mengganti minyak apabila telah selesai dipakai. Solusi agar tidak terlalu boros minyak goreng adalah gunakan minyak seperlunya saja, jangan terlalu banyak minyak didalam wajan, sehingga bisa meminimalisir adanya jelantah.  

Jelantah yang sudah tidak berguna ini sangat bagus untuk pupuk tanaman. Caranya adalah, minyak jelantah tadi di campur dengan air, bekatul, EM4, tetes tebu kemudian selanjutnya didiamkan (difermentasi) selama 30 hari dalam sebuah wadah. Tanda fermentasi adalah apabila sudah tidak tercium bau busuk. Selanjutnya jelantah yang telah difermentasi tersebut sudah bisa digunakan sebagai pupuk. 

Caranya adalah dengan mencampurkan pupuk tersebut sebanyak 10 ml dengan satu liter air untuk bisa digunakan sebagai pupuk tanaman. Apabila enggan membuat pupuk dari jelantah, kita bisa menyetorkan ke bank jelantah, dan pihak tersebut yang akan memproses jelantah-jelantah tersebut.

Yang menjadi masalah besar adalah sampah  anorganik seperti botol bekas (air minum, sampo, sabun cair), plastik bekas bungkus makanan, bekas bungkus sabun, botol kaca (bekas kecap, minuman), panci-panci dan lain lain. Sampah tersebut sulit diurai oleh tanah dengan segera serta membutuhkan puluhan tahun bahkan ratusan tahun untuk bisa diurai.

 Selain itu, sampah tersebut akan menimbulkan pencemaran tanah serta air tanah apabila ditanam. Membakarnyapun bukan menjadi satu alternatif pilihan, karena asap yang ditimbulkannya akan menyebarkan bau serta polusi udara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun