Mohon tunggu...
Sri Agung Mikael
Sri Agung Mikael Mohon Tunggu... PNS -

Mengintip wangsit dari langit, menyingkap kabut laut, mengembangkan layar bahtera KEBANGSAAN

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Keperawanan dan TNI

5 Oktober 2010   10:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:42 1123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Adakah hubungan antara keperawanan dan serdadu. Kebanyakan serdadu adalah laki-laki. Keperawanan hanya dimiliki oleh perempuan. Tulisan ini mengemukakan sebuah sudut pandang yang menghubungkan keduanya. Entah hubungan yang disusun ini kemudian masuk akal atau tidak, silakan pembaca yang menilai.

Hubungan yang paling aktual namun sederhana antara keperawanan dan serdadu dibentuk oleh pers. Alasan saya tentu saja karena isu tes keperawanan sedang marak ketika bangsa Indonesia hendak memperingati HUT TNI yang ke 65. Namun dari kedua isu itu, justru isu tes keperawanan yang lebih hot. Hehehehe..... Barangkali pers sekarang berjenis kelamin laki-laki. Hihihihi.....

Meskipun saya termasuk tidak setuju dengan tes keperawanan, tetapi saya termasuk pihak yang memandang penting keperawanan. Alasannya sederhana, 1] karena saya tidak punya, maklum saya laki-laki, sehingga apa yang tidak saya punyai menjadi hal penting bagi saya; 2] karena keperawanan merupakan hal yang istimewa yang Tuhan berikan kepada manusia [dan mungkin juga kepada jenis binatang tertentu] yang merangsang keyakinan kita bahwa tentu ada maksud luhur yang Tuhan rencanakan terkait hal itu; 3] dalam masyarakat, keperawanan menjadi obsesi; 4] dalam masyarakat, keperawanan seringkali dijadikan indikator integritas seorang perempuan.

Pada alasan ke 4 itulah seringkali bias dan terjadi pergeseran pemaknaan keperawanan sehingga seolah-olah moralitas masyarakat ditumpukan kepada perempuan, termasuk menerapkan beban pembuktian keperawanan sebagai tolok ukur moralitas masyarakat. Ini tidak adil. Pola pikir yang menumpukan seluruh moralitas masyarakat kepada perempuan, khususnya dengan tes keperawanan itu seperti cara orang mengatasi semrawutnya lalulintas jalan raya dengan menumpukan persoalannya kepada lampu rambu-rambu, sementara meskipun lampu rambu-rambu menyala merah toh banyak juga pengguna jalan yang nekad menerobos.

Saya tertarik untuk menghubungkan keperawanan dengan serdadu itu berdasarkan pendapat saya yang nomor 4, yaitu keperawanan sebagai indikator integritas perempuan. Bagi perempuan, indikator integritas itu dinilai sebagai ''kehormatan'' atau ''mahkota'' wanita. Dalam pemahaman keperawanan sebagai kehormatan atau mahkota itulah saya menghubungkan serdadu dengan keperawanan, yaitu bahwa serdadu kita [dalam hal ini TNI] seperti seorang perempuan yang sudah kehilangan kehormatannya atau bahkan mahkotanya, alias tidak lagi berwibawa.

Sebagai alat kekuatan negara yang bertugas mempertahankan keutuhan NKRI, TNI sering terombang ambing dengan gejolak politik. Pada jaman orde baru malah berpolitik. Pada jaman reformasi tertekan secara politik ditambah lagi tertekan secara ekonomi. Pertanyaan saya, kalau kita memang tidak membutuhkan serdadu, mengapa tidak dibubarkan saja TNI daripada ''diamputasi kaki dan tangannya'' lalu disuruh mempertahankan NKRI. Tetapi kalau kita masih memerlukan TNI, mengapa sikap politik kita seakan-akan tidak sedang mempertahankan pihak yang mempertahankan NKRI itu.

Sebagai rakyat, saya mengusulkan agar TNI jangan dirusak kehormatannya, integritasnya, baik oleh orang dalam maupun dari luar TNI. Kembalikan kehormatan TNI. Saya kurang setuju dengan isu remunerasi penghasilan anggota TNI karena kesannya TNI menjadi tentara bayaran.

Saya lebih setuju dengan pengembalian kehormatan TNI dengan cara 1] persenjatai TNI dengan alutsista yang modern; 2] alokasikan anggaran yang cukup untuk latihan dan operasi di perbatasan 3] berikan kehormatan kepada keluarga TNI seperti anak-anaknya bebas biaya sekolah sampai perguruan tinggi, asuransi kesehatan yang lebih baik, pemberian perumahan pribadi dan jenis-jenis hak khusus bagi anak dan istri/suami TNI di masyarakat.

Dengan cara itu, kesejahteraan TNI tidak dipikirkan secara ekslusif tetapi menjadi tanggungjawab semua pihak. Dengan cara itu kita sebagai bangsa memiliki tanggungjawab yang jelas untuk mempertahankan TNI.

Dirgahayu TNI.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun