Mohon tunggu...
Sri Ayuningsih
Sri Ayuningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa D3 -

Mahasiswa aktif di Akademi Televisi Indonesia Instagram : @ayuchoi22

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Generasi Z Juga Bisa Cinta Musik Daerah Indonesia

15 Maret 2018   20:08 Diperbarui: 15 Maret 2018   20:21 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: musik.kapanlagi.com

Peringatan Hari Musik Nasional yang jatuh pada tanggal 9 Maret merupakan bukti bahwa fungsi musik sebagai cerminan dari keberagaman dan toleransi bangsa masih dipertahankan keberlangsungannya. Hari Musik Nasional dicetuskan sejak masa pemerintahan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, lewat Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2013, bahwa setiap tanggal 9 Maret, kita sebagai Rakyat Indonesia memiliki Hari Musik Nasional yang dirayakan untuk menyimbolkan apresiasi para pekerja musik.

Bagaimana eksistensi mereka selama ini memajukan industri kreatif negara. Selain itu, terpilihnya tanggal 9 Maret untuk merayakan, karena tanggal tersebut diambil untuk mengenang mendiang Wage Rudolf Supratman, seorang pahlawan pencipta lagu "Indonesia Raya" yang dikumandangkan pada Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 silam.

Musik memang tidak pernah lepas dari kehidupan seseorang, musik dianggap hiburan nomor satu yang eksistensinya tidak akan pernah hilang walau zaman makin berkembang. Dahulu, musik hanya bisa didengarkan melalui piringan hitam, kaset, DVD, radio, atau televisi. Namun seiring berkembangnya teknologi, musik justru tidak tergerus, ia tumbuh bersama teknologi untuk menciptakan suatu hal yang baru dan unik. Musik sudah berhasil membuktikan bahwa dirinya tak lekang oleh zaman.

Musik sudah berubah menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan manusia, karena dengan perkembangan tersebut, kita bisa mendengarkan musik kapan saja dan di mana saja. Tanpa perlu membawa piringan hitam dan tempatnya, tanpa perlu membawa radio dan perangkatnya. Hanya memerlukan sebuah gadget setara android dan sebuah kabel berukuran kurang lebih 1 meter yang sering kita sebut sebagai earphone.

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak jenis musik, berbagai genre musik yang diciptakan berasal dari budaya daerah-daerah yang ada di Indonesia. Seperti musik keroncong yang terkenal dengan alunan ukulelenya, musik dangdut yang terkenal dengan bunyi gendangnya, musik tradisional gamelan yang juga menggunakan angklung sebagai alat musiknya, dan masih banyak lagi musik-musik Indonesia yang memiliki ciri khas tersendiri. Oleh sebabnya, musik di Indonesia dianggap sebagai sarana perkembangan ekonomi di bidang industri kreatif yang keberadaannya patut diperhitungkan sebagai bantuan dalam hal memajukan perekonomian Indonesia.

Banyak anak bangsa yang menggunakan musik sebagai media pencarian nafkah, sebagai lahan pekerjaan, atau hanya sebatas hiburan dan hobi semata. Musik di Indonesia sangat populer di berbagai kalangan. Baik kalangan anak-anak, remaja, bahkan sampai dewasa. Semua kalangan tersebut memiliki jenis musik yang mereka sukai. Namun, bagaimana kabar musik daerah yang mulai tersisih dengan datangnya aliran-aliran musik dari negara lain? K-Pop contohnya, atau biasa disebut Korean Pop, atau juga musik beraliran western yang keberadaannya di Indonesia mulai banyak peminatnya.

Sebagai generasi yang sejak kecil sudah mengenal internet, yang kehidupannya sudah jauh lebih dimudahkan oleh internet, tentunya kita sadar sekali bahwa perlahan namun pasti musik daerah mulai kehilangan eksistensinya dibandingkan musik-musik modern yang mulai masuk beriringan dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang. Lalu, apa yang harus kita lakukan sebagai penerus generasi jika mempertahankan suatu budaya saja tidak bisa? Kita disebut sebagai generasi Z karena kita lahir dalam rentang tahun 1995 sampai dengan tahun 2010, generasi yang dikenal dengan "serba bisanya" melakukan sesuatu, generasi yang identik dengan teknologi dan internet. Generasi yang nantinya akan menjadi pemimpin menggantikan generasi sebelumnya.

Sebagai generasi itu, tidakkah disayangkan jika kita justru mulai hilang kendali dan dikendalikan oleh teknologi itu sendiri? Sebagai contoh nyata adalah, banyak anak-anak generasi Z yang tidak hafal lagu-lagu daerah yang ada di Indonesia, bahkan yang lebih ironis bahwa mereka tidak hafal lagu dari daerah mereka sendiri. Sejak kecil mereka selalu dicekoki lagu-lagu beraliran western berbahasa inggris dengan alasan agar ketika besar nanti, telinga mereka sudah terbiasa dengan bahasa inggris, karena tentu saja disamping alasan bahwa bahasa inggris adalah bahasa internasional, para orang tua beranggapan bahwa dengan memperdengarkan lagu-lagu dari luar negeri, tanpa memperkenalkan budaya sendiri adalah hal yang lumrah dan wajar.

Hal tersebutlah yang paling dominan membuat musik daerah mulai tergerus, bukannya tidak ingin mengerti dan tahu mengenai musik-musik itu, mereka hanya tidak diberi kesempatan untuk tahu dan mengerti, mereka tidak diberi pilihan namun hanya dijejali hal-hal yang sudah dianggap sewajarnya sedari mereka kecil. Namun, semua hal pastilah memiliki sisi baik dan buruk. Ketika di rumah mereka dijejali hal-hal berbau luar negeri, ada sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mendukung pelestarian budaya dengan mengajarkan dan memperkenalkan musik daerah dalam mata pelajaran seni musik. Setidaknya ada tempat di mana mereka bisa mengerti dan belajar, mulai memahami bahwa melestarikan budaya berupa musik daerah juga harus dilakukan demi menjaga identitas bangsa.

Selain itu, berdasarkan data yang dilakukan oleh NielsenRadioMeasurement yang merupakan survey pengukuran kependengaran radio terhadap lebih dari 8.400 orang berusia 10 tahun ke atas di 11 kota di Indonesia (Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Semarang, Surakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Makassar, dan Banjarmasin) penetrasi Radio pada konsumen Gen Z adalah 20% ke atas. Rata-rata remaja mendengarkan radio adalah 155 menit per hari. Mereka lebih banyak mendengarkan radio melalui perangkat mobile. Sehingga, dengan adanya bukti tersebut hendaknya radio-radio yang ada di Indonesia selalu menyediakan slot bagi pemutaran musik daerah, hal ini menjadi semacam peluang untuk meningkatkan konsumsi musik daerah di kalangan generasi Z.

Musik daerah merupakan budaya yang mewakili identitas bangsa, jadi ketika mereka mulai tergerus oleh zaman, kita sebagai generasi penerus bangsa haruslah berusaha menjaga dan melestarikannya. Mari berpikir cerdas dan kreatif untuk mengusahakan konsumsi musik daerah bagi anak bangsa meningkat. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Kuncinya adalah kemauan dari diri sendiri untuk tidak menghilangkan identitas bangsa. Sebagai bangsa Indonesia, dengan beragam seni dan tradisinya.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun