Hafalan Di Kejar-Kejar, Do'a Dipanjatkan, Mativator dan Inspirasi Jadi Idaman
Oleh: Sri Mundri Asih
Gedung pesentren yang sederhana itu amat terasa berbeda, banyak sekali tradisi yang sama sekali aku belum tau dan sangat aneh bagiku. Banyak santri yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Biasanya, kalau mendengar pondok pesantren terlintas dipikiran kita adalah tetang hafalan yang harus disetorkan ke guru pengampu tiap harinya. Itu yang membuatku merasa kurang percaya diri dikarenakan banyak sekali anak di komplek yang aku tempati yang sebagian besar sudah pernah mondok.
Hari demi hari, aku jalani mesti dibenakku ada rasa iri hari yang tidak dapat dipungkiri. Rasa iri timbul ketika setoran Juz 30 (Juz 'Amma) aku merasa insecure dengan teman-teman yang begitu cepat dalam menghafalkan surah-surah dengan begitu cepat, sedangkan apakah dayaku yang tiap hari setoran 2 surah itu saja ketika hafalan ngga kebalik-balik. Terkadang aku merasa ingin menagis dan ingin pulang kerumah. Kesedihan itu aku lampiasan dengan pergi ke masjid untuk terus berdo'a agar diberikan kemudahan disetiap hafalan.
Senja menari dengan mentarinya yang begitu indah tak kala Adzan Magrib berkumandang aku bergegas menunaikan ibadah wajib yang harus dikerjakan, tak kala itu, berbondong-bondong orang untuk menjalankan ibadah sholat. Surah demi surah dibacakan dengan begitu fasih oleh seorang imam muda di situ, aku merasa untuk semangat 45 hafalan.
Seusai sholat aku merasa kepo dengan imam muda itu. Rasanya aku ingin menjadi detektif untuk menyelidikinya. Tapi apakah dayaku hanya manusia biasa. Waktu dan hari terus berjalan dengan begitu cepat setoranku setiap hari harus bertambah meski rintangan terus menghadang. Aku berharap ada suatu keajaiban yang datang kepadaku agar aku dapat menghafal degan cepat seperti teman- teman. Aku memiliki motifator yang membuatku semangat dalam hafalan yaitu kedua orang tuaku, dan pak iman masjid itu.
Hari pun sudah berganti, bunyi alarm kamar membangunkanku dari tidurku yang indah. Adzan Subuh memanggilku untuk menunaikan kewajiban. Seusai sholat aku melanjutkan hafalan juz 'amma yang nantinya disetorkan, setelah itu kegiatan selajutnya yaitu kuliah online dimana kuliah yang super membosankan bagiku tapi bagi teman- teman mengasikkan. Meski aku belum merasakan gimana sensasinya kuliah offline. Arloji dinding pagar komplek al-hikmah begitu cepat sampai aku tak sadar bahwa kuliah online sudah selesai saking asiknya dengan diskusi,bayangkan jika lebih asik lagi kalau diskusi dengan tatap muka lebih enak ya kan?.
Dikamar yang aku tempati banyak sekali kaum rebahan,kaum bucin, kaum organisasi dan kaum-kaum lainnya. Kami selalu mengutarakan isi hati baik tentang pacar, tugas kuliah yang banyak disertai dealine, kuliah pengembangan, hafalan. Semua itu nantinya kami pecahkan dengan diskusi, tertawa bersama.
Tak terasa sudah senja mulai menari dengan indah Adzan Magrib Masjid SPN mebuatku ingin kesana untuk menunaikan sholat, aku pun mengajak Tika dan Setiani untuk ke masjid bersama.
"Tik, Set ayo jama'ah!" pintaku
Mereka menjawab "Ayo lest goo."