Mohon tunggu...
Sri Wahyuningsih
Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Guru - guru

membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning

9 Desember 2022   09:32 Diperbarui: 9 Desember 2022   09:56 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat menolong siswa untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan pada pada era globalisasi saat ini. Problem Based Learning (PBL) dikembangkan untuk pertama kali oleh Prof. Howard Barrows sekitar tahun 1970-an dalam pembelajaran ilmu medis di McMaster University Canada [3]. Model pembelajaran ini menyajikan suatu masalah yang nyata bagi siswa sebagai awal pembelajaran kemudian diselesaikan melalui penyelidikan dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah.

(Husnul Hotimah, Penerapan Metode Pembelajaran Problem Based Learning, JURNAL EDUKASI 2020, VII (3): 5-11)

 

Melalui metode make a match, suasana pembelajaran rileks yang memicu peserta didik untuk aktif berpikir dapat tercipta, sehingga peserta didik akan belajar memecahkan soal tanpa perasaan tegang (Huda, 2014; Wibowo dan Marzuki, 2015). Suasana belajar yang demikian akan memberikan dampak positif terhadap prestasi belajar siswa yang semula rendah menjadi tinggi, sebab make a match membuat siswa merasa senang dan cepat menerima materi yang diberikan oleh guru (Rusman, 2012; Faradina & Arianto, 2019). Keaktifan siswa dapat meningkat melalui penerapan metode make a match dikarenakan siswa belajar di dalam suasana yang menyenangkan untuk menyelesaikan suatu masalah (Herlikano & Sujadi, 2017; Ismayani & Purwasih, 2019).

(Copyright The Author(s) 2021 Jurnal Studi Guru dan Pembelajaran, Vol. 4, No. 2, Mei -- Agustus 2021)

Dalam Jurnal penelitian oleh Indrawanto dkk menunjukkan Teori metode diskusi kelompok, yaitu format belajar mengajar yang menitik beratkan kepada interaksi antara anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas belajar secara bersama-sama. Karena itu dituntut untuk mampu melibatkan keaktifan siswa bekerjasama dan berkolaborasi dalam kelompok. Pelaksanaan diskusi dalam pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dengan cara membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan semua peserta didik bisa berpartisipasi secara aktif. Metode diskusi menuntut guru untuk dapat mengelompokkan peserta didik secara aktif dan proporsional yang didasarkan pada:

(a) Fasilitas yang tersedia

(b) Perbedaan individual dalam minat belajar dan kemampuan belajar

(c) Jenis pekerjaan yang diberikan

(d) Wilayah tempat tinggal peserta didik

(e) Memperbesar partisipasi peserta didik dalam kelompok

keaktifan siswa dapat dilihat dari berbagai hal seperti memperhatikan (visual activities), mendengarkan, berdiskusi, kesiapan siswa,bertanya, keberanian siswa, mendengarkan,memecahkan soal (mental activities). Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, peserta didik juga dapat berlatih untuk berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan permasalahan dalam proses pembelajaran. Dalam upaya peningkatan keaktifan siswa guru dapat berperan dengan merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga pembelajaran menjadi menarik atau memberikan motivasi kepada siswa dan keaktifan juga dapat ditingkatkan, salah satu cara meningkatkan keaktifan yaitu dengan mengenali keadaan siswa yang kurang terlibat dalam proses pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun