Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Literasi, Cara Cerdas Menyikapi Sentimen Islamophobia

3 September 2022   14:06 Diperbarui: 3 September 2022   14:13 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mempererat Persaudaraan - jalandamai.org

Indonesia tumbuh menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Namun, Indonesia juga tumbuh menjadi negara yang toleran, yang mengakui banyak agama. Selain Islam, Indonesia juga mengakui Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu. Bahkan sebagian masyarakat di pedalaman mungkin masih ada yang menganut aliran kepercayaan. Meski mayoritas masyarakat Indonesia memilih menjadi muslim, sistem pemerintahan Indonesia tidak didasarkan pada Islam, tapi tetap tidak melupakan agama sebagai dasarnya. Karena ada juga umat beragama yang lain. Itulah kenapa sila pertama Pancasila berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa.

Meski toleransi dikedepankan di Indonesia, nyatanya narasi Islamofobia masih terus bermunculan di negeri ini. Sentimen ini tak lain tak bukan dimunculkan oleh kelompok radikal, yang ingin menguasai negeri ini dengan konsep khilafah yang selalu mereka pegang. Padahal, konsep tersebut tidak relevan diterapkan di Indonesia yang plural. Bahkan, di negara Islam pun konsep ini tidak ada yang menerapkan.

Kelompok radikal di Indonesia seringkal melakukan peta konflik, dengan memunculkan isu yang tidak benar. Salah satunya dengan memunculkan sentimen islamophobia. Narasi islamophobia ini seringkali digunakan ketika memasuki tahun politik. Para rival politik seringkali menggunakan sentimen agama, untuk saling menjatuhkan. Pasca polpres 2014, narasi ini seringkali muncul berbarengan dengan menguatnya politik identitas berbasiskan agama.

Seringkali pemerintah diserang dengan sentiment ini, agar dianggap pemerintah tidak peduli sama Islam. Ketika ada salah seorang tokoh agama ditangkap atas dugaan pencemaran nama baik atau tindak pidana, seringkali dimunculkan kriminalisasi ulama, pemerintah tidak berpihak pada ulama dan segala macamnya. Padahal, ketika dipikir secara logika, apa iya pemerintah akan memusuhi masyarakatnya sendiri yang mayoritas muslim?

Praktek islamophobia ini seringkali memposisikan dirinya sebagai pihak yang terancam. Kelompok muslim seringkali diposisikan sebagai pihak yang terdiskriminasi. Padahal, kenyataannya justru bertolak belakang. Tidak pernah ada muslim di Indonesia yang terancam, atau didiskriminasi. Yang terjadi justru kelompok minoritas yang mengatasnamakan kelompok muslim, yang semena-mena melakukan diskriminasi kelompok minoritas lain. Dan praktek semacam itu, masih sering terjadi hingga saat ini.

Karena itulah, penting memperkuat literasi, agar kita tidak mudah terprovokasi informasi yang menyesatkan seperti islamophobia tersebut. Bacalah berbagai referensi, agar kita bisa melihat segalanya secara utuh dan obyektif. Belajarlah agama dari orang yang tepat. Jangan belajar secara online, lalu menginterpretasikan sendiri dan merasa sudah paling tahu. Ingat, Indonesia adalah negara dengan berbagai macam keberagamannya. Dan keberagaman Indonesia merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita semaua. Dan menjadi tugas kita semua untuk menjaga dan mempertahankan keberagaman tersebut. Dan sebagai generasi yang cerdas, semestinya tidak mudah terpengaruh dengan sentiman islamophobia, yang seringkali dilontarkan oleh kelompok radikal. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun