Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Hijrah dalam Konteks Kekinian

30 Juli 2022   19:11 Diperbarui: 30 Juli 2022   19:20 1023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Damai - jalandamai.org

Apa yang terbesit di dalam benak kita manakala mendengar kata hijrah? Apakah bulan Muharram; atau pindahnya Nabi dan Sahabat dari Mekah ke Madinah; atau malah bisa jadi kalimat hijrah itu kini lebih dikenal sebagai istilah kaum milenial untuk menyebut sebuah fenomena kepindahan kelompok kaum muda juga para selebritis dari dunia gemerlap yang penuh kemaksiatan menuju jalan taubat atau kembali kepada jalan Allah SWT.  

Hijrah belakangan ini dimaknai sebagai perubahan tampilan semata menjadi lebih tertutup atau membatasi pergaulan dengan lingkungan yang dianggap shaleh saja. 

Namun lebih dari itu, makna hijrah sesungguhnya dapat dipahami sebagai suatu gerakan perpindahan secara totalitas, mulai dari fikriyah hingga amaliyah, dari jahiliyah menuju Islamiyah dalam satu gerakan yang rapi, sistemik dan keseluruhan, baik dalam konteks pribadi maupun sosial.

Momentum tahun baru Islam 1444 H ini dapat kita gunakan untuk merefleksikan spirit hijrah Nabi Muhammad yang pada saat itu hijrah dari Makkah ke Madinah untuk menghindari kecamuk kebencian dan permusuhan yang sudah memuncak di kota Makkah untuk menuju suasana kedamaian dan penuh persaudaraan di kota Madinah.

Memaknai hijrah dalam situasi kondisi Indonesia terkini tentunya hijrah diharapkan dapat melahirkan suatu gerakan perpindahan untuk meninggalkan narasi kebencian, hasutan, provokasi, adu domba, cacian, permusuhan dan segala hal yang dapat berpotensi mengancam persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.

Di era yang serba digital sekarang ini tentunya narasi kebencian dan lain-lainnya dapat dengan mudah diutarakan di jagad maya melalui sosial media sebagai platform interaksi masa kini. 

Kehidupan sosial bermasyarakat juga sudah tercemar oleh narasi kebencian, hasutan, provokasi, adu domba, cacian, dll. Kecamuk kebencian dan permusuhan pun tak terhindarkan lagi, tentunya hal ini membuat masyarakat terpecah belah. 

Tidak sedikit masyarakat bermusuhan hanya karena informasi sepele yang mereka dapat dari dunia maya, dimana keabsahan informasi itu sendiri belum tentu valid.

Tahun Baru Islam ini hendaknya dapat menjadi renungan, sudah seberapa jauh Islam dan umat Islam dapat memberikan kedamaian dan kesejahteraan bagi umat manusia? Sudah saatnya umat muslim Indonesia bangun dan tersadar bahwa perbedaan adalah sunnatullah dan betapa kebencian dan permusuhan itu bukanlah sesuatu yang Allah ridhoi.

Mari bebaskan alam Indonesia dari kebencian dan permusuhan melalui gerakan hijrah meninggalkan semua hal terkait narasi kebencian, hasutan, provokasi, adu domba, cacian, dll sebagai upaya untuk merefleksikan spirit hijrah Nabi Muhammad dalam konteks Indonesia saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun