Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nusantara dan Semangat Persatuan Indonesia

28 Januari 2022   23:23 Diperbarui: 28 Januari 2022   23:27 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Damai - jalandamai.org

Belakangan kata Nusantara rama jadi pembicaraan. Hal ini tidak bisa dilepaskan keputusan presiden Joko Widodo yang memberi nama ibu kota baru di Kalimantan Timur dengan nama Nusantara. Pemberian nama Nusantara ini tentu bukan tanpa sebab. 

Bisa jadi, presiden ingin membangkitkan kejayaan Nusantara yang dulu sempat terjadi. Dimana keberagaman bisa berkumpul menjadi satu tanpa harus saling benci. Antar sesame bisa saling berdampingan merajut persatuan dan kesatuan.

Berbicara tentang Nusantara, tentu tidak bisa dilepaskan dari tokoh terkenal di era Majapahit, yaitu patih Gajah Mada yang berhasil menyatukan Nusantara melalui Sumpah Palapa. Gajah Mada terus mendorong beberapa kerajaan yang ada ketika itu, untuk saling bekerjasama untuk berada dalam panji Nusantara. Konsep yang diinginkan disini adalah melepaskan ego kelompok dan menyatukan diri dalam satu kesatuan Nusantara. Nama Nusantara tersendiri tercatat dalam kitab Nagarakertagama. Luasan Nusantara mencapai Sulawesi, Papua Barat, Sebagian Maluku, Malaysia, Filipina, Brunei dan Singapura. Semua wilayah itu berkomitmen untuk Bersatu dalam bingkai Nusantara.

Nilai persatuan yang terkandung dalam Nusantara ini, terbukti telah menyatukan keberagaman yang ada. Ego kelompok hilang berganti dengan ego Bersama, yaitu hidup merdeka dengan melawan penjajah ketika itu. Seiring perkembangan waktu, Nusantara berkembang menjadi Indonesia dengan konsep negara kesatuan republik Indonesia.

 Beberapa pekan lalu, isu perpindahan ibu kota negara dari Jakarta menujuk Kalimantan Timur, Kembali santer terdengar. Dan salah satu yang menarik perhatian adalah ibu kota baru itu akan diberi nama Nusantara. 

Semangat persatuan seperti yang ditunjukkan dan diinginkan Gajah Mada, diharapkan bisa menjadi spirit baru dalam pembangunan ibu kota negara ini. Nusantara adalah ibu kota Indonesia. Sejarah dari nama Nusantara itu, diharapkan bisa menjadi doa untuk saling menguatkan persatuan dan kesatuan yang ada.

Dalam konteks sekarang ini, seringkali banyak diantara kita saling membenci satu dengan lainnya. Ironisnya, alasan kebencian itu bisa bermacam-macam. Ada yang persoalan suka tidak suka, bisa juga karena persoalan yang lebih prinsip, yaitu berbeda keyakinan. Karena perbedaan itu, saat ini diantara kita bisa saling membenci satu dengan lainnya. Padahal, jika mengacu pada sejarah yang ada. Kita semua adalah bersaudara. Meski mempunyai latar belakang yang berbeda, kita tetap bisa berdampingan dalam keberagaman.

Kenapa saat ini kita bisa saling benci? Hal ini tak bisa dilepaskan dari maraknya propaganda radikalisme di media sosial. Bibit radikalisme itulah yang kemudian bisa merusak sudut pandang kita semua tentang keberagaman. Padahal, keberagaman merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita semua. Keberagaman mengajarkan kita untuk saling mengenal, saling memahami tentang esensi dari perbedaan.

Perbedaan bukanlah persoalan. Perbedaan justru bisa membuat kita semua semakin kaya, jika bisa hidup berdampingan dalam keberagaman. Tidak ada yang tahu bahwa kita terlahir sebagai seorang muslim atau non muslim. Karena itu tak usah persoalkan kita lahir sebagai muslim atau non muslim. Mari diantara kita saling Bersatu, seperti keinginan para pandahulu yang menginginkan bersatunya keberagaman dalam semangat Nusantara. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun