Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Setop Provokasi dan Ujaran Kebencian, Mari Jaga Kerukunan

15 Januari 2022   08:20 Diperbarui: 15 Januari 2022   08:23 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love - jalandamai.org

Entah kenapa ujaran kebencian masih saja terjadi di Indonesia. Entah kenapa kebencian itu justru terjadi di lingkungan tokoh masyarakat. Mulai dari tokoh politik hingga tokoh agama. Contoh yang belakangan jadi perbincangan adalah, kasus yang dialami oleh poltiikus Ferdinand Hutahaen. Melalui cuitannya, politisi ini akhirnya dilaporkan ke pihak berwajib. Beberapa waktu lalu, habib bahar juga harus berhubungan dengan yang berwajib. Tokoh agama ini dilaporkan, karena cuitannya dianggap mengandung provokasi dan kebencian.

Contoh diatas merupakan bukti bahwa ujaran kebencian masih menjadi kebiasaan masyarakat. Ujaran kebencian juga terbukti bisa mengantarkan ke pihak yang berwajib, karena dianggap melanggar undang-undang. Ada juga bukti bahwa seseorang yang melakukan melakukan ujaran kebencian, harus mendekam ke penjara, karena melanggar UU ITE.

Hal semacam itu harusnya bisa menjadi pembelajaran bersama. Bahwa saling membenci atas dasar apapun, semestinya tidak terjadi. Kenapa? Karena manusia pada dasarnya diciptakan untuk bisa saling mengenal, saling mengerti dan memahami satu sama lainnya. 

Jika diantara manusia saling berseteru, saling caci, atau saling menebar kebencian, hal tersebut justru bertentangan dengan kehendak Tuhan. Karena Tuhan menciptakan keberagaman, agar antar sesama manusia bisa saling mengenal dan memahami satu sama lainnya.

Dan kita sebagai bangsa Indonesia, pada dasarnya sudah terbiasa hidup berdampingan dalam keberagaman. Ingat, Indonesia mempunyai banyak suku, agama, bahasa dan budaya. Bahkan mungkin masih banyak latar belakang lainnya. Masyarakat jawa punya budaya yang berbeda dengan masyarakat Kalimantan, Sumatera atau yang lainnya. 

Pola ibadah antar umat beragama di Indonesia juga berbeda. Namun, dalam keberagaman tersebut punya kesamaan. Yaitu hidup rukun, toleran, dan tetap saling menghargai satu sama lainnya. Hingga saat ini, praktek toleransi itu masih bisa kita jaga.

Jika masih ada seseorang, baik itu masyarkat biasa ataupun tokoh politik, tokoh masyarakat, atau bahkan tokoh agama yang masih suka menyebar kejelekan, menebar SARA, atau menebar kebencian atas nama apapun, sesungguhnya dia menyalahi apa yang telah diinginkan Tuhan. Mari kita belajar untuk saling menghargai. Jika ada yang salah, cukup diingatkan saja. Tak perlu didiskriminasi. 

Jika ada yang berbeda pendapat, pandangan atau keyakinan, cukup dihargai saja. Semua manusia butuh proses. Tidak seterusnya diantara kita akan berjalan di jalan yang jelek terus. Pada kalanganya akan berjalan di jalan yang baik juga.

Karena itulah, mari kita saling menghargai satu dengan lainnya. Mari hidup rukun dalam keberagaman. Hidup kita akan lebih berguna, jika kita tidak saling bertikai atau mencari kesalahan orang lain. Hidup kita akan jauh lebih bermanfaat, jika kita semua berlomba menebar kebaikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun