Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Benteng Ideologi Radikalisme Itu Bernama Pancasila

5 Juni 2021   08:26 Diperbarui: 5 Juni 2021   09:00 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perdamaian Indonesia - jalandamai.org

Setiap 1 Juni, seluruh rakyat Indonesia memperingati hari lahirnya Pancasila. Sebuah dasar negara yang diambil dari nilai-nilai dan falsafah kehidupan bangsa. Nilai-nilai yang lahir dan berkembang di Indonesia. Bukan nilai yang diambil dari negara lain. Dan nilai-nilai dalam Pancasila, terbukti mampu menyatukan keragaman, merangkul perbedaan, saling menghargai dan mengedepankan muasyawaran untuk mendapatkan keadilan. Dan sepanjang negeri ini berdiri, terbukti Pancasila tidak hanya berhasil sebagai dasar negara, tapi juga benteng dari segala pengaruh buruk, termasuk ideologi radikalisme.

Di era kemajuan teknologi serta penyebaran informasi yang begitu pesat ini, mendiskusikan tentang Pancasila sangat penting dan masih relevan. Segala informasi dari berbagai negeri bisa masuk begitu bebasnya. Paham-paham, ideologi, atau ajaran apapun juga bisa dipelajari dengan mudah. Penyebaran informasi yang begitu mudah inilah yang kemudian disalahgunakan oleh kelompok radikal, untuk terus menyebarkan propaganda radikalisme melalui dunia maya. Akibatnya, tidak sedikit generasi milenial yang menjadi penerus bangsa ini, terpapar paham radikalisme.

Bulan Juni ini merupakan bulan yang bersejarah bagi bangsa Indonesia. Hari lahirnya Pancasila ada di bulan Juni, tepatnya pada tanggal 1 Juni. Tak terasa, sudah 76 tahun Indonesia merdeka. Dan Pancasila sebagai dasar negara masih relevan untuk selalu didiskusikan. Dan terbukti, selama ini Pancasila mampu merangkul keberagaman dalam bingkai negara kesatuan republik Indonesia. Dan sangat disayangkan, kenapa masih saja ada oknm tertentu yang ingin menggantikan Pancasila dengan ideologi khilafah. Sungguh sangat disayangkan.

Mari kita pikirkan bersama. Khilafah jelas-jelas tidak sesuai dengan budaya di Indonesia, kenapa masih saja ada oknum yang ingin menyebarkannya. Anggapan Pancasila tidak sesuai dengan Islam, jelas salah besar. Indonesia mengadopsi nilai-nilai semua agama yang ada di Indonesia, termasuk Islam. Meski masyarakat Indonesia sangat heterogen, pemerintahnya masih tetap mengakui beberapa agama. Keberagaman itulah yang kemudian dalam perjalannya melahirkan toleransi antar umat beragama.

Sila pertama yang didasarkan pada nilai-nilai agama, merupakan bukti bahwa Pancasila mampu menjadikan agama sebagai dasar, atau pilar utama. Kata Ketuhanan Yang Maha Esa, merupakan bukti bahwa para pendiri negeri ini mampu menjadikan agama sebagai dasar dari segalanya. Tanpa agama, mungkin Indonesia tidak akan berkembang seperti sekarang ini. Namun, bukan berarti agama mayoritas yang berkuasa, minoritas dengan bebas di diskriminiasi. Semua agama mendapatkan hak yang sama. Pada titik inilah diperlukan rasa saling menghargai, menghormati, atau yang bis akita kenal dengan toleransi antar umat beragama.

Pancasila juga mengajarkan kepada kita tentang saling memanusiakan manusia. Tidak boleh antar manusia saling menyakiti. Ingat, Tuhan menciptakan manusia di bumi ini untuk saling mengenal, bukan saling mencaci apalagi menyakiti. Pancasila mengajarkan bagaimana menjaga persatuan, agar kita tidak saling tercerai berai. Sebagai negara kepulauan, kita semua perlu bersatu dalam bingkai negara kesatuan republik Indonesia.

Pancasila juga mengajarkan tentang bagaimana musyawarah untuk mendapatkan mufakat. Perbedaan tidak perlu disikapi dengan saling adu otot, tapi harus dihadapi dengan kepala dingin, agar bisa duduk bersama mencari solusi. Dan yang terakhir, Pancasila juga bertujuan menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Mari kita jaga Pancasila dan implementasikan nilai-nilai dasar negara ini, dalam kehidupan nyata, agar terbebas dari segala pengaruh buruk paham radikalisme dan intoleransi. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun