Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dakwah Santun Menjaga Kerukunan dalam Keberagaman

3 Desember 2020   23:14 Diperbarui: 3 Desember 2020   23:17 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dakwah pada dasarnya merupakan aktifitas yang positif. Dalam dakwah bisa terjadi proses pembelajaran, proses introspeksi, dan proses dialektika dengan diri sendiri. Karena itulah dakwah umumnya bersifat positif. Dalam ajaran agama apapun, dakwah, khutbah, ceramah atau pidato, pada dasarnya ditujukan untuk aktifitas yang membangun, yang menyejukkan, yang mencerahkan, bahkan yang inspiratif.

Dalam perkembangannya, tidak sedikit dakwah yang terjadi belakangan ini justru jauh dari positif. Ada saya tokoh-tokoh yang mengklaim paham agama, justru sering menebarkan provokasi dan kebencian dalam setia dakwahnya. Akibatnya, tidak sedikit dari masyarakat yang terprovokasi akibat provokasi dan kebencian tersebut.

Belakangan, publik banyak membicarakan tentang sepak terjang FPI, yang dianggap meresahkan. Sepulangnya dari Arab Saudi, Rizieq Shihab kembali membuat polemik. Adanya dugaan pelanggaran pidana dalam kerumunan massa yang dia gelar, berujung pada pemanggilan RS untuk diminta keterangan. Belum juga memenuhi panggilan, simpatisannya terus melakukan protes. Bahkan ajakan untuk melakukan jihad mengemuka.

Jika proses penegakan hukum selalu direspon dengan cara pengerahan massa, dikhawatirkan akan bisa memicu perpecahan di masyarakat. Apalagi provokasi dan ujaran kebencian terus dimunculkan. Bahkan, belakangan ramai diperbincangkan soal seruan jihad yang disebarkan melalui azan. Sungguh sangat disayangkan. Apalagi, yang melakukan tersebut adalah orang-orang yang merasa paham agama. Padahal, dalam Islam atau agama apapun, tidak ada yang mengajarkan permusuhan. Tidak ada yang mengajarkan saling membenci, atau mengajak melawan pemerintahan yang sah.

Kenapa dakwah secara santun itu penting dilakukan? Karena saat ini penyebaran bibit radikalisme bisa dilakukan dengan cara apa saja. Bahkan tidak sedikit dakwah yang dilakukan di tempat ibadah, di tempat umum, di dunia maya ataupun nyata, mulai banyak disusupi bibit kebencian, intoleransi dan radikalisme. Dan faktanya, banyak sebagian masyarakat yang terpapar radikalisme melalui dunia maya, termasuk melalui dakwah-dakwah yang menyebarkan provokasi, kebencian dan intoleransi.

Kita adalah Indonesia. Dan Indonesia merupakan negara dengan tingkat keberagaman yang sangat tinggi. Di sekeliling kita tidak ada yang sama. Meski kita tinggal di Jawa, bisa jadi teman kerja kita dari Palembang, bisa jadi temah kuliah kita dari Papua, bisa jadi pimpinan kita dari Sulawesi, dan berbagai macam perbedaan lagi. Keberagaman itulah yang menjadi karakter Indonesia. Keragaman budaya akan membuat Indonesia semakin berwarna. Dan warna-warni budaya itu jangan dirusak dengan provokasi dan kebencian melalui dakwah yang kurang santun.

Adakah tokoh yang melakukan dakwah kurang santun? Apakah ada tokoh yang berdakwah sering mengeluarkan kata yang tidak sopan, menghujat, dan provokasi? Mari kita introspeksi. Setop saling mencari kesalahan orang lain. Setop merasa paling benar sendiri dan paling bersih. Mencari kebenaran atau kejelekan, tidak akan ada habisnya. Kenapa? Karena kebencian telah mengendalikan pikiran. Jika apa yang dipikirkan sudah mengandung bibit kebencian, intoleransi dan radikalisme, yang keluar pun berpotensi juga intoleran. Segala ucapan dan perilaku bisa berpotensi melahirkan tindakan yang tidak terpuji. Apakah kita ingin membiarkan Indonesia hancur karena masyarakatnya sendiri? Jika tidak ingin, maka saling toleran menjadi kuncinya. Mari saling berdampingan dalam keberagaman, jangan saling hujat tanpa alasan yang jelas. Salam damai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun