Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memantapkan Hijrah Kebangsaan Menuju Nasionalisme

20 Agustus 2020   10:21 Diperbarui: 20 Agustus 2020   10:18 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia - kompas.com

Agustus merupakan bulan yang spesial bagi masyarakat Indonesia. Di minggu ini, ada peringatan hari kemerdekaan yang ke 75. Ya, Indonesia telah merdeka selama 75 tahun kebelakang. Harus di syukuri kita semua sudah tidak hidup dalam tekanan penjajah. Menjadi tugas kita bersama pula, untuk mengisi kemerdekaan ini dengan hal yang positif.

Pada minggu ini juga ada tahun baru hijriyah 2020. Bagi umat muslim, tentu tidak asing dengan tahun baru ini. Hal ini ditandai dengan hijranya Nabi Muhammad SAW yang sangat monumental, yaitu dari Makkah ke Madinah. Peristiwa ini tentu sangat bersejarah bagi umat Islam di dunia. Peristiwa ini juga menjadi titik awal kelahiran dan kebangkitan peradaban Islam.

Momentum kemerdekaan dan kebangkitan Islam ini, bisa kita jadikan pembelajaran dan introspeksi di tengah pandemi seperti sekarang ini. Hari kemerdekaan mengingatkan kepada kita untuk tetap terus mengedepankan nasionalisme. Mengedepankan kepentingan bangsa dan negara lebih besar, dibandingkan kepentingan pribadi atau golongan.

Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, mengajarkan kepada kita tentang berubahnya cara pandang yang sempit ke yang lebih luas. Perpindahan atau hijrah tidak sebatas dimaknai secara fisik, tapi juga perubahan cara pandang dari kesukuan menuju kebangsaan. Dari politik identitas hijrah menuju politik kebangsaan.

Penting kita merenungkan 2 peristiwa besar dalam pekan ini. Kemerdekaan Indonesia mengajarkan kepada kita untuk tetap menjaga persatuan. Karena dengan persatuan lah masyarakat yang ketika itu sempat dihantam provokasi adu domba, akhirnya bisa sadar dan memilih berjuang secara bersama. Perjuangan secara primordialisme yang sebelumnya terjadi, mulai ditinggalkan. Dan akhirnya, kemerdekaan bisa diraih dan kita rasakan hingga saat ini.

Tak dipungkiri, dalam upaya mengisi kemerdekaan ini, tidak sepenuhnya mudah. Banyak sekali gangguan, banyak sekali provokasi, dan kelompok-kelompok yang terus menyebarkan paham intoleransi, radikalisme dan terorisme. 

Tidak sedikit generasi muda kita yang terjebak dan menjadi bagian dari kelompok radikal. Hal-hal tersebut tentu harus menjadi perhatian kita bersama. Menjadi tugas kita bersama untuk mengingatkan dan menguatkan, agar bibit kebencian dan intoleransi dibuang jauh-jauh dari pikiran.

Mari kita jadikan momentum bulan Agustus dan tahun baru hijriyah ini untuk merubah pola pikir kita, menjadi lebih humanis, toleran, dan mengedepankan kebangsaan. 

Mari kita jadikan bulan ini sebagai momentum untuk tetap menjaga negeri ini, dari segala pengaruh buruk, termasuk paham radikalisme dan terorisme. Dan mari kita jadikan bulan Agustus ini sebagai bulan untuk saling menguatkan dan menguatkan, apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun