Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pandemi, Perlambatan Ekonomi dan Upaya Menghilangkan Kebencian

27 Juni 2020   00:24 Diperbarui: 27 Juni 2020   00:23 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pandemi - newsdetik.com

Masa pandemi tidak hanya berbicara tentang kesehatan. Pandemi ternyata juga masih berpotensi memunculkan sejumlah masalah. Salah satnya adalah sulitnya masyarakat melakukan pengendalian diri. Tidak sedikit dari masyarakat yang justru gemar mengumbar kebencian, karena protes dengan kebijakan pemerintah, karena tidak suka dengan sikap seseorang, atau memang sengaja menyebarkan kekacauan di masyarakat.

Bahkan, beberapa pekan kemarin, ada saja oknum-oknum tertentu yang memicu munculnya kelompok-kelompok radikali di tengah pandemi ini. Penyerangan kepada petugas polisi tiba-tiba muncul kembali. Benda di dicurigai bom tiba-tiba ada ditemukan di tengah jalan. Bahkan, ada juga oknum masyarakat yang sengaja memasuki area kantor polisi dengan meneriakkan takbir dan segala macamnya. Mungkin saja, provokasi-provokasi yang lebih ekstrim akan muncul di tengah pandemi.

Untuk itulah, mari kita jaga bersama. Mari kita introspeksi dan saling mengingatkan satu dengan yang lain. Pandemi ini telah memberikan dampak negative yang sangat luar biasa. Ribuaun bahkan mungkin jutaan orang telah dan berpotensi menjadi pengangguran, karena perusahaannya gulung tikar. Perekonomian terancam terus mengalami penurunan akibat covid ini. Bahkan, banyak negara maju diproyeksi pertumbuhan ekonominya minus hingga 8 persen. Sementara negara berkembang rata-rata minus 3 persen. Ini artinya, persoalan ekonomi akan terus kita hadapi kedepan. Lalu, dalam kondisi seperti ini apakah kita terus saling menebar kebencian dan provokasi?

Saatnya untuk saling introspeksi. Saatnya menghentikan segala perbuatan yang bisa memicu terjadinya pertengkaran. Masa pandemi adalah masanya untuk saling menguatkan, bukan saling menjatuhkan, menyalahkan, atau mencari kebenaran. Mari kita tinggalkan hal-hal yang sering dilakukan oleh kelompok radikal itu. Virus radikalisme terbukti telah membuat kerusakan. Maka jangan lagi peliharan bibit radikalisme dalam diri kita masing-masing.

Memang tak dipungkiri, upaya kelompok radikal untuk mendapatkan 'panggung' di tengah masyarakat, masih terus dilakukan hingga saat ini. Tak segan mereka mengeluarkan provokasi di tengah pendemi. Misalnya ketika ada kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah daerah, kelompok radikal seringkali melemparkan hoaks di media sosial, untuk membuat masyarakat mudah terprovokasi. Ketika pemerintah mengeluarkan anjuran untuk beribadah di rumah, langsung direspon tidak berpihak, semena-mena dan segala macamnya. Namun, ketika Arab Saudi juga menutup masjidil haram, semua orang juga tidak ada yang mempermasalahkan.

Sejatinya, adat istiadat masyarakat kita sudah mempunyai vaksin untuk meredam segala perilaku buruk tersebut. Nilai kearifan lokal bisa menjadi vaksin yang ampuh, untuk meredam segala bentuk radikalisme dan intoleransi. Mari kita sudahi semua segala pengaruh buruk. Jaga kesehatan, terapkan social distancing selama pandemi, agar toleransi dan upaya untuk saling meringankan tetap terjadi. Budaya gotong royong itulah yang kita dorong saat ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun