Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Pers, Hoaks, dan Literasi Digital

6 Februari 2020   08:24 Diperbarui: 8 Februari 2020   13:19 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pers - robotik.unsoed.ac.id

Di era digital seperti sekarang ini, segala sesuatunya serba digital. Bahkan yang berhubungan dengan cetak mencetak pun, sudah mulai berkurang dan digantikan dengan digital. Karena itulah banyak media cetak mulai berguguran, dan bertransformasi menjadi media digital. 

Transformasi ke era digital ini pula yang merubah pola masyarakat dalam mengakses informasi. Aktivitas membaca Koran, majalah atau buku, saat ini sudah mulai pindah ke e-magazine ataupun e-book. Semua aktivitas membaca dilakukan melalui smartphone atau tablet.

Di era digital ini, penyebaran informasi memang terjadi begitu pesat. Dalam waktu yang relatif singkat, kita bisa mengetahui perisitiwa yang terjadi dari berbagai negara. Dalam waktu yang singkat, kita juga bisa menyebarkan informasi yang kita inginkan. 

Karena kemudahan ini pula, aktivitas mengakses informasi begitu mudah dilakukan. Kalau kita malas mencari informasi, terkadang informasi juga keluar masuk di grup whatsapp, atau langsung masuk ke nomor kita. 

Terkadang, kita tidak cek ricek lagi informasi itu benar atau tidak. Dan faktanya, tidak semua informasi yang beredar di era digital ini merupakan informasi yang valid.

Untuk itulah, di era digital ini pers harus tetap menjadi media rujukan. Kenapa? Karena penyebaran hoaks di era digital ini sudah pada tahap mengkhawatirkan. Apapun peristiwanya selalu saja ada versi hoaksnya.

Bahkan ketika ada bencana pun, tak lama kemudian muncul berita hoaks. Akibatnya informasi yang diterima masyarakat menjadi simpang siur. 

Apalagi informasi yang berkembang yang masuk ke grup, ke nomor pribadi, begitu pesat dan tidak bisa terkontrol. Tak jarang masyarakat langsung mempercayai informasi yang masuk, dan menyebarkannya tanpa melakukan saring terlebih dulu.

Bagi masyarakat yang ingin mendapatkan informasi yang valid, diharapkan bisa mencari informasi pembanding di media mainstream. Sedangkan media mainstream, juga harus memposisikan diri sebagai media pencerah, bukan media pemecah belah. 

Karena tak dipungkiri banyak kepentingan yang berusaha mempengaruhi netralitas media, banyak kepentingan yang ingin membuat media mainstream tidak menjalankan fungsinya sebagai sumber informasi yang terpercaya.

Pers harus terus mendorong agar masyarakat membiasakan cek dan ricek dengan memperkuat literasi. Pers harus meningkatkan budaya baca masyarakat, dengan menghadirkan pembahasan yang ringan tapi bermutu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun