Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tahun Politik, Indonesia Harus Tetap Damai

2 Januari 2018   11:33 Diperbarui: 2 Januari 2018   11:43 1103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Satu Indonesia - twitter.com

Kemarin, seluruh orang menyambut datangnya tahun 2018 dengan suka cita. Hampir di semua kota menyambutnya dengan panggung hiburan, kembang api, dan acara menarik lainnya. Tidak sedikit diantara kita yang melakukan introspeksi dan membuat resolusi baru di 2018. 

Bisa jadi, tidak sedikit diantara masyarakat yang berharap tahun depan Indonesia akan lebih damai, tidak ada lagi ancaman yang bisa memecah belah masyarakat. Seperti kita tahun, tahun depan Indonesia memasuki tahun politik. Sebanyak 171 daerah akan menggelar pilkada serentak. Setelah pilkada, Indonesia juga akan bersiap menggelar pilpres dan pileg. Momentum ini harus betul-betul dijaga, agar tidak disusupi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Kenapa? Karena momentum politik umumnya rawan disusupi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Pada tahun 2017 kemarin, banyak peristiwa yang harus menjadi pembelajaran kita bersama. Isu radikalisme dan terorisme masih mengancam kita. Momentum politik seperti pilkada DKI Jakarta, digunakan oleh sebagian elit, dengan menggandeng kelompok intoleran dan radikal. Kelompok ini  umumnya sering menciptakan kondisi yang tidak kondusif. 

Kondisi yang semacam inilah, umumnya yang sering dimanfaatkan oleh jaringan teroris, untuk menebarkan teror. Pada pilkada DKI kemarin, salah satu pasangan calon bahkan sempat diancam oleh jaringan teroris dari Suriah. Seberapa penting pilkada DKI bagi jaringan teroris? Kenapa ancaman itu ditujukan ke Jakarta? Belajar dari peristiwa ini, seharusnya kita bisa mencegahnya dan tidak terjadi lagi di tahun politik ini.

Disini diperlukan kesadaran semua pihak. Termasuk bagi elit politik, pasangan calon, tim sukses, hingga ke partai politik. Tidak perlu lagi menggunakan kelompok seperti Saracen untuk menebarkan kebencian. Tidak perlu lagi saling mencari kejelekan pasangan calon. Mari bertarung pada tingkat gagasan dan ide. 

Silahkan saling kritik di tataran program, bukan pada subyektifitas pasangan calon. Hal ini penting agar ada pembelajaran bagi semuanya. Belajar untuk obyektif, belajar untuk terbuka, belajar untuk mengedepankan kepentingan publik, dan belajar untuk bertoleransi antar sesama. Hal ini penting, karena kita tinggal di negara yang tingkat kemajemukannya sangat tinggi. Indonesia mempunyai tingkat keberagaman yang berbeda dengan negara lain. Jika kita tidak bisa mengolah keberagaman ini, akan berpotensi menjadi konflik diantara masyarakatnya sendiri.

Tahun 2018, akan menjadi tahun yang penuh tantangan. Mampukah kita berkomitmen untuk menjaga Indonesia tetap damai? Mampukah kita menjaga Indonesia tetap toleran? Indonesia mempunyai modal yang sangat besar untuk mewujudkannya. Modal itu sudah ada pada keariafan lokal yang melekat pada masing-masing suku dengan adat istiadatnya. 

Modal itu juga melekat pada setiap agama yang ada di Indonesia. Karena tidak ada satupun suku dan agama di Indonesia, yang menganjurkan untuk saling membenci ataupun saling melakukan tindak kekerasan. Namun modal ini tidak akan berguna, jika diantara kita masih menyimpan amarah dan kebencian. Amarah dan kebencian itulah yang saat ini terus dipropagandakan oleh kelompok radikal dan intoleran.

Semestinya kita menyambut tahun politik ini, seperti halnya kita menyambut malam pergantian tahun baru. Semuanya penuh suka cita, tidak ada kepentingan negatif. Semunya berkomitmen adanya perubahan yang mengarah pada hal yang lebih baik. Karena itulah, mari kita sambut tahun politik ini dengan mendorong Indonesia tetap damai dan toleran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun