Masih teringat akan hal yang saat ini lagi marak dijadikan sebutan, yakni generasi rebahan. Generasi rebahan identik dengan seseorang yang hobinya malas-malasan di rumah, di kamar kos, di mana saja bahkan. Tak peduli apa yang ia lakukan, entah main game, entah tidur tapi tidak ada yang tahu pasti apa yang seseorang -dari golongan yang bisa disebut dengan generasi rebahan- tersebut pikirkan.Â
Bisa saja orang luar (teman, kenalan, keluarga, ataupun yang sekedar lewat) menganggap dia (yang disebut sebagai generasi rebahan) sebagai orang yang malas. Tapi tahukah mereka tentang apa yang sebenarnya dia pikirkan?? Tahukah mereka seberapa dia berusaha. kita tidak pernah tahu bahwa bisa jadi mereka adalah orang yg ditolak berkali-kali  hingga akhirnya mereka memutuskan untuk rehat sejenak sebelum memulai tantangan baru
Hanya ingin sekedar berbagi rasa, bahwa tidak dapat dibenarkan jika kita hanya menilai seseorang dilihat dari hasil akhirnya. Memang benar  ada pepatah yang mengatakan bahwa hasil tidak akan mengkhianati usaha. Tapi apa pantas jika kita menilai kesalahan (baca: dosa) seseorang berdasar apa yang dilakukannya dihadapan kita?
 Kita lupa, kita bukanlah Tuhan yang berhak menentukan kadar dosa seseorang, kadang kita lupa bahwa Tuhan lebih tahu apa yg dia kerjakan (baca: usahakan). Kita menghakimi seseorang bahwa apa yang dilakukannya itu jelek, tapi hanya jelek di mata kita. Kita tidak sadar bahwa kita sebenarnya iri. Iri dengan keadaan orang lain tanpa tahu apa yang sebenarnya mereka telah dan ingin lakukan.Â
Jangan kita menghakimi seseorang dari apa yang kita lihat hanya yang terjadi di hadapan kita. Hanya Tuhan yang berhak menentukan kadar dosa seseorang. Lagi pula, apa gunanya kita menghakimi dosa yang seseorang lakukan, jika kita sendiri tidak menyadari dosa kita yang telah berprasangka butuk