Mohon tunggu...
Lardianto Budhi
Lardianto Budhi Mohon Tunggu... Guru - Menulis itu Membahagiakan

Guru yang suka menulis,buat film,dan bermain gamelan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Hoaks dalam Cerita Terbunuhya Pandita Durna

7 April 2018   14:20 Diperbarui: 7 April 2018   14:22 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Turunnya Pandita Durna ke medan perang Bharatayuda membawa pengaruh sangat besar dalam mengembalikan kepercayaan diri Kurawa setelah kematian Adipati Karna. 

Hal sebaliknya berlaku bagi kelompok Pandawa karena harus menghadapi buah simalakama, yakni memenangkan perang atau menghadapi guru mereka sendiri. Formasi Garuda Nglayang yang dipilih Pandita Durna untuk menandingi jurus Supit Urang kaum Pandawa terbukti sangat jitu memporak-porandakan barisan pasukan Pandawa. 

Meskipun demikian, yang paling memperlemah kekuatan Pandawa tidak lain adalah konflik batin yang dihadapi Bratasena, Arjuna, Nakula dan Sadewa karena harus menghadapi guru yang sangat mereka hormati itu.

Keputusan Kurawa mengangkat Pandita Durna sebagai senopati perang Bharatayuda sangatlah tepat karena dengan kesaktian dan kemahaguruan Durna, kekuatan pasukan Pandawa mulai kocar-kacir dan terdesak hebat. 

Prabu Kresna sebagai komandan strategi perang fihak Pandawa segera sigap melihat gejala ini. Titisan Sang Wisnu itu tahu bahwa Pandita Durna akan sangat sulit dikalahkan oleh pada Pandawa yang notabene adalah murid-muridnya. 

Oleh karena itu, ditengah peperangan yang berkecamuk,  Kresna menyuruh Arjuna, Nakula dan Sadewa untuk menyebarkan berita kematian Hestitama, gajah ksatria Prameya yang tewas ditangan Bratasena. Kematian gajah Hestitama sengaja diviralkan ditengah dahsyatnya peperangan agar terdengar oleh Pandita Durna.

Ditengah  gemuruh perang yang teramat hebat serta kelihaian Pandawa meracik penyampaian kabar kematian Hestitama, menyebabkan Durna salah dengar. Pandita Sokalima mendengar bahwa yang mati bulan gajah Hestitama tapi Aswatama, anaknya. 

Tentu saja hoaks yang dihembuskan Pandawa tentang kematian Aswatama membuat Pandita Durna kehilangan keseimbangan mental dan kesadaran diri. Ia terkulai lemas dan sangat sedih karena mengira Aswatma, anak yang sangat dicintainya itu benar-benar tewas. Pada saat Pandita Durna mengalami kesedihan mendalam seperti itu, sebatang pedang menebas lehernya, hingga datanglah ajal menjemput nyawanya.

Pembelajarannya adalah, hoaks biasanya digunakan oleh fihak yang ingin mengalahkan fihak lain atau meraih suatu tujuan tertentu tapi tujuannya itu tidak mungkin atau sulit sekali tercapai dengan cara-cara yang jujur dan terbuka. 

Pada kasus perang Bharatayuda dan tewasnya Pandita Durna, hoaks digunakan untuk menimbulkan kekacauan fikiran sehingga membuat seseorang kehilangan daya nalar yang sehat. Oxford English Dictionary menyebutkan bahwa hoaks adalah kebohongan yang dibuat dengan tujuan jahat. 

Arti yang agak halus, hoaks adalah kata-kata yang digunakan untuk menyembunyikan apa yang sesungguhnya sedang terjadi atau membuat sesuatu menjadi tidak jelas. Pada kisaran abad 16, para pesulap (magicians) menggunakan istilah hocus pocus untuk menyebut kata-kata yang diucapkan pesulap ketika mengalihkan perhatian penonton dan mengambil kesempatan untuk menjalankankan trik sulapnya, misalnya Simsalabim atau Abracadabra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun