Mohon tunggu...
Sphatika Winursita
Sphatika Winursita Mohon Tunggu... Penulis - Currently finding my own happiness

An ordinary undergraduate student of German Studies, Faculty of Humanities, Universitas Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kaderisasi di Era Pandemi demi Rekonstruksi SDGs Pasca Pandemi

18 Oktober 2020   18:39 Diperbarui: 3 Juni 2021   12:10 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaderisasi di Era Pandemi demi Rekonstruksi SDGs Pasca Pandemi. | gambar: instagram.com/pmiidepok.official

Untuk perguruan tinggi, rekomendasinya adalah mengantisipasi penghentian jangka panjang dengan memastikan kesinambungan pembelajaran, merancang langkah-langkah strategis untuk mengevaluasi pembelajaran, melakukan inovasi pembelajaran, meningkatkan digitalisasi, fleksibilitas dalam mengelola anggaran.

Berdasarkan pendapat Dr. Muhammad Luthfi Zuhdi, hal-hal yang perlu dilakukan Indonesia, yaitu antara lain menyusun strategi jangka panjang dalam bidang pendidikan untuk memastikan akses pendidikan untuk semua, perlunya mengawal kebijakan pendidikan yang bersifat jangka panjang, mutu pendidikan Indonesia perlu didorong untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja, KKNI sebagai tolok ukur peningkatan kompetensi SDM Indonesia perlu disebarkan secara terstruktur dan sistematis, Intrumen paling efektif untuk meningkatkan daya saing bangsa adalah melalui pendidikan.

3. SDG#5 : Gender Equality

Seperti yang dikatakan oleh Dr. Yunita Faela Nisa, M.Psi yang mengutip sebuah hadits Annisaa’u Imaadul Bilaad (perempuan adalah tiang negara). Fokus dan orientasi perempuan serta partnernya dalam berkiprah adalah untuk perbaikan generasi, karena dalam rumah tangga, perempuan dijadikan tombak utama dalam hal pendidikan anak.  

Bahkan, Ibu Yenny Wahid menjelaskan bahwa ada gerakan "He for She" yang diusung oleh PBB. Beliau mengharapkan kader PMII dapat mengusung kesetaraan gender, tidak hanya ke perempuan, melainkan ke masyarakat termasuk laki-laki. Hal ini dapat mengurangi angka kriminalitas dan menaikkan kesejahteraan rakyat.

Tantangan besar yang masih ada, seperti adanya gender employment gap. Gaji yang didapatkan berbeda, walaupun pekerjaannya sama, termasuk di negara-negara maju yang dapat menyentuh angka 30%. Perempuan juga masih terbebani dengan unpaid care work yaitu adanya pembagian tugas domestik yang tidak setara. 

Bicara soal kodrat, perempuan memiliki 4 kodrat yang dibawa sejak lahir, yaitu menstruasi, kehamilan, bisa melahirkan, menyusui. Kalau yang di luar semua itu, itu berarti konstruksi sosial atau aturan main yang dibuat oleh manusia. Miskonsepsi ini banyak menimbulkan diskriminasi gender, tidak hanya perempuan, laki-laki pun bisa. Laki-laki dicap tidak boleh menangis, padahal kodratnya adalah mereka memiliki air mata.

Baca juga: Minimnya Kaderisasi Organisasi di Masyarakat

Sebenarnya, masih ada poin SDG lain yang disinggung, yaitu SDG#8 : Decent Work and Economic Growth yang dibahas oleh Ivan Aulia Ahsan, S.Hum tentang strategi memanfaat media sosial untuk dunia jurnalisme dan oleh Zainal Abidin tentang strategi lobi dan membangun jaringan.  

Hal-hal lain yang dibicarakan dalam kaderisasi ini rata-rata mengenai Ke-PMII-an itu sendiri, seperti Strategi Pengembangan PMII, PMII dan Gerakan Mahasiswa, Aswaja sebagai Manhajul Fikr Wal Harokah, Paradigma PMII hingga Gerakan Politik Indonesia. Ini semua memang hal dasar yang wajib diketahui kader PMII, terutama di tingkat PKD.

Setelah membahas 3 poin SDGs yang sekiranya penulis highlight yang terkupas jelas di PKD Virtual PC PMII Kota Depok ini cukup memberi insight kepada para partisipannya yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia, ditambah para pembicaranya yang berkualitas. Penulis setuju bahwasannya SDGs yang perlu diprioritaskan ketika pandemi ini telah usai untuk segera direkonstruksi, yaitu No Poverty, Quality Education, bahkan Gender Equality juga. Semoga apa yang penulis sampaikan di tulisan ini dapat dipahami baik dan dapat diambil inti sarinya. Sekian dari penulis dan terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun