Mohon tunggu...
SPA FEB UI
SPA FEB UI Mohon Tunggu... Akuntan - Himpunan Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia

Studi Profesionalisme Akuntan (SPA) Faculty of Economics and Business Universitas Indonesia (FEB UI) is a student organization in FEB UI whose member are its accounting students. SPA FEB UI was established on August 22nd, 1998. Initially, SPA was a place for accounting students to study and focus on accounting studies. Nowadays, SPA has grown to become an organization which is not only a place to study and discuss about accounting issues, but also a place for accounting students to develop themselves through non-academic opportunities. Furthermore, SPA builds networks and relation to other communities, such as universities, small medium enterprise, academicians, and practitioners. Through these project, SPA always tries to give additional values to its stakeholders, especially FEB UI accounting students.

Selanjutnya

Tutup

Money

Balanced Scorecard, Efektifkah?

19 Mei 2021   03:54 Diperbarui: 19 Mei 2021   03:59 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Aspek finansial merupakan aspek yang sangat penting dalam mengukur kinerja perusahaan. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, aspek non-finansial mulai dianggap penting, sehingga pengukuran kinerja secara konvensional yang hanya mengukur aspek finansial mulai dianggap kurang cocok untuk menilai kinerja sebuah perusahaan. Oleh karena itu pada tahun 1992, Robert Kaplan dan David Norton mempublikasikan sebuah konsep yang mengintegrasikan aspek finansial maupun non-finansial, yang diyakini saling memengaruhi dan dapat membantu manajemen dalam memahami, mengevaluasi, serta menetapkan strategi perusahaan di masa depan dengan lebih akurat. Instrumen tersebut dikenal di dunia bisnis dengan istilah Balanced Scorecard.

Balanced Scorecard, atau biasa disingkat BSC, adalah sebuah konsep pengukuran yang digunakan perusahaan untuk menilai kinerja tidak hanya dari segi finansial, tapi juga non-finansial. BSC terdiri dari dua kata, yaitu balanced dan scorecard. Balanced berarti adanya keseimbangan antara aspek finansial dan non-finansial, performa jangka pendek dan jangka panjang, serta performa yang bersifat internal maupun eksternal. Sedangkan Scorecard berarti kartu yang digunakan untuk mengukur performa seseorang. 

Awalnya, BSC hanya digunakan pada sistem pengukuran kinerja eksekutif, serta hanya mengukur dari aspek keuangan saja. Kemudian BSC mengalami perkembangan dengan memiliki empat perspektif yang digunakan untuk mengukur kinerja sebuah organisasi secara utuh.  Empat perspektif tersebut meliputi perspektif finansial, pelanggan, bisnis internal, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

Perspektif finansial dapat dilihat dari aspek finansial yang tersedia di laporan keuangan perusahaan, seperti profit margin yang dialami oleh perusahaan, pertumbuhan penjualan, asset turnover, serta kinerja keuangan lainnya. Pengukuran perspektif finansial memiliki peranan, yaitu semua perspektif tergantung pada pengukuran keuangan yang menunjukan implementasi dari strategi perusahaan serta memberi dorongan bagi tiga perspektif lainnya mengenai target serta tujuan yang hendak dicapai perusahaan.

Perspektif yang kedua adalah perspektif pelanggan. Dalam menjalankan perspektif pelanggan, manajemen perusahaan terlebih dahulu menentukan segmen pasar dan pelanggan yang menjadi target bagi perusahaan. Selanjutnya, perusahaan mengukur kinerja setiap unit operasi dalam mencapai target tersebut. Terdapat dua kelompok pengukuran dalam perspektif pelanggan. Pertama adalah kelompok pengukuran inti (core measurement group), yang digunakan untuk mengukur bagaimana kinerja perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan dan mencapai target pasar. Kelompok yang kedua adalah kelompok pengukuran nilai pelanggan (customer value proposition), yang mengukur nilai pasar yang mereka kuasai serta seberapa besar loyalitas pelanggan terhadap produk dan jasa perusahaan.

Perspektif yang ketiga adalah perspektif bisnis internal. Perspektif bisnis internal berfokus pada cara perusahaan mempertahankan pelanggannya di segmen pasar dan memuaskan para pemegang saham melalui laporan keuangan. Kaplan dan Norton (1996) membagi perspektif bisnis internal kedalam tiga prinsip dasar, yaitu proses inovasi, proses operasi, serta pelayanan purna jual.

Perspektif yang terakhir adalah perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Perspektif ini lebih menekankan pada aspek internal dari perusahaan. Perspektif ini mencakup tiga prinsip kapabilitas yang terkait dengan internal perusahaan, yaitu ketersediaan infrastruktur berupa kapabilitas pekerja yang meliputi kepuasan, retensi. dan produktivitas pekerja, serta kapabilitas sistem informasi dan iklim organisasi yang mendorong munculnya motivasi.

            Pertumbuhan popularitas BSC di dunia bisnis tentu bukan tanpa sebab. Para pelaku bisnis percaya bahwa informasi yang diberikan metode BSC memiliki lebih banyak keunggulan dibandingkan metode konvensional, sehingga semakin banyak manajemen yang beralih dari metode konvensional ke metode BSC. Beberapa keunggulan dari proses evaluasi dengan metode BSC dibanding metode konvensional antara lain BSC dapat memberikan informasi dengan lebih komprehensif, koheren, seimbang, dan terukur.

Melalui empat perspektif yang terdapat di dalam BSC, informasi yang diberikan BSC tentu saja lebih komprehensif, karena tidak hanya memuat informasi finansial saja tetapi juga memuat informasi non-finansial. Melalui informasi tersebut, manajemen perusahaan akan mengetahui sejauh mana kinerja perusahaan, apakah kinerja perusahaan telah mencapai target yang ditentukan, serta strategi apa yang perlu dirancang oleh perusahaan.

Selain itu, Balanced Scorecard juga koheren, antara satu aspek dengan aspek lain terdapat hubungan kausal atau sebab-akibat, maka setiap sasaran stratejik yang ditetapkan dalam perspektif non-finansial harus memiliki hubungan sebab-akibat dengan perspektif finansial. Keunggulan ini membuat manajemen menjadi lebih paham mengenai dampak finansial yang terjadi setelah sebuah strategi diterapkan. Oleh karena itu, manajemen dapat segera mengambil keputusan mengenai apa saja yang perlu diperbaiki dari sebuah strategi dan apakah strategi tersebut perlu dilanjutkan atau dihentikan.

Keunggulan yang ketiga yaitu terkait dengan keseimbangannya. BSC dikatakan seimbang karena memiliki komponen yang sama penting antara aspek finansial dan nonfinansial. Di samping itu, sasaran stratejik yang dihasilkan dalam keempat perspektif meliputi jangka pendek dan jangka panjang, aspek internal maupun eksternal, serta keberhasilan BSC juga tercermin dari keselarasan antara scorecard personal staf dengan scorecard perusahaan. Dengan begitu, setiap personal staf bertanggung jawab terhadap kemajuan perusahaan.

Keempat, BSC memiliki keunggulan yaitu dapat terukur. Berbeda dengan aspek finansial, aspek non-finansial sangat sulit untuk diukur dengan metode konvensional. Akan tetapi dengan menggunakan konsep BSC, manajemen dapat mengukur prestasi aspek non-finansial dengan menjabarkan visi dan misi perusahaan ke dalam beberapa objektif yang harus dicapai. Selain dapat mengukur aspek-aspek tersebut, BSC juga mampu mengintegrasikan visi dan misi ke dalam tolok ukur evaluasi perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat menjadi lebih jelas.

Berdasarkan paparan di atas, BSC sangat jelas memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh metode konvensional, yaitu lebih komprehensif, koheren, seimbang, dan terukur. Keunggulan-keunggulan ini sangat membantu manajemen dalam mengevaluasi kinerja mereka dan juga merumuskan strategi perusahaan selanjutnya. Meski demikian, terlepas dari segala keunggulan tersebut, penggunaan metode ini tidak akan efektif apabila manajemen tidak memanfaatkan informasi-informasi yang tersedia dalam BSC dengan teliti dan objektif.

Ditulis pada: 3 Agustus 2016

DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, Robert S. dan David P. Norton. 1996. The Balanced Scorecard : Translating Strategy Into Action. Boston : Harvard Business Schooll Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun