Mohon tunggu...
SOVI MARIYANA
SOVI MARIYANA Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN Kebundadap Timur I Kecamatan Saronggi

Saya adalah guru kelas VI di sebuah sekolah dasar yaitu SDN Kebundadap Timur I Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur. Saat ini saya sedang mengikuti pendidikan Program Guru Penggerak Angkatan 5 selama 6 bulan, dan sudah berjalan hampir 3 bulan. Program tersebut adalah sebuah program peningkatan kompetensi guru yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Tekhnologi dibawah. Salah satu tugas saya sebagai Calon Guru Penggerak (CGP) adalah membuat berbagai kreatifitas baik berupa tulisan, video, poster, atau karya apapun yang berkolerasi dengan pendidikan. Menulis adalah salah satu hobi saya. Maka melalui PGP saya menuangkan hobi menulis saya, dan melalui media Kompasiana ini, saya ingin berbagi tulisan, pengalaman, dan cerita saya khusus dalam dunia saya sebagai aktor pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi antar Materi Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik

6 Oktober 2022   20:57 Diperbarui: 6 Oktober 2022   21:02 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh, Salam dan bahagia bapak Ibu guru hebat, 

Apakah Bapak/Ibu pernah mendengar istilah coaching, ataukah Bapak/Ibu sudah faham tentang coaching, atau mungkin baru kali ini mendengar istilah coaching. Beberapa ahli memiliki definisi yang berbeda-beda tentang coaching. 

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). 

Sedangkan Whitmore (2003) mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. 

Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut, International Coach Federation mendefinisikan coaching sebagai"...bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif."

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa coching merupakan proses kolaborasi berbentuk kemitraan antara coach dan coachee (orang yang dibantu) dimana coach membantu mamaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimiliki coache melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif sehingga coache mampu memaksimalkan kinerjanya.

Coching memang salah satu bentuk pengembangan diri, hampir sama dengan mentoring, konseling, fasilitasi, maupun training. Sama-sama membantu atau memfasilitasi orang lain untuk menemukan solusi dari problem yang mereka hadapi. Salah satu bedanya yaitu, dalam  coaching, coach tidak serta merta memberikan solusi atas problem klien atau coache, tapi coach hanya menuntun coachee dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kreatif dan bermakna untuk menstimulus cochee sehingga coachee mampu menemukan sendiri potensinya sebagai upaya dari keinginannya untuk mengembangkan diri atau menemukan potensi dirinya. 

Hal ini juga sesuai dengan prinsip coaching yaitu membangun kemitraan dengan coachee, dilalui dengan proses kreatif dengan tujuan memaksimalkann potensi dari coachee.

Dalam coaching, kita mengenal prinsip kemitraan, artinya dalam coaching, posisi coach terhadap coachee-nya adalah mitra. Maka dalam hubungan kemitraan ini, posisi keduanya setara, tidak ada yang lebih tinggi atau tidak ada yang lebih rendah. Coach menganggap coachee adalah sumber belajar bagi dirinya sehingga coach akan memperlakukan coache sebagai seseorang yang berarti. 

Sebaliknya, coachee menganggap bahwa coach adalah rekan berpikir yang akan membantu coachee belajar dari dirinya sendiri dan dari anggapan itu akan menimbulkan rasa percaya diri pada coachee dan ini akan menstimulus coache untuk mengungkapkan apa yang menjadi keinginan dalam proses coaching itu. 

Maka ketika coach dan coachee memposisikan dirinya sebagai mitra akan terbangun kesetaraan. Tidak ada yang lebih tinggi atau rendah yang akan menimbulkan perasaan kaku karena adanya batasan-batasan, tapi sebaliknya akan tercipta suasana familiar dan hubungan yang harmonis dan penuh kasih sayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun