Mohon tunggu...
@FredySimbolon
@FredySimbolon Mohon Tunggu... Pengembara Bumi di Alam Semesta Jagad Raya -

Pembelajar Sejati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sudah Waraskah Kita Semua?

16 Desember 2017   08:11 Diperbarui: 16 Desember 2017   09:00 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.amatimmobiliaris.com

#Bicara Moralitas Surgawi, Perbuatan Nafsu Meraih Duniawi.

Keyakinan manusia yang diidentifikasi sebagai agama samawi yaitu kepercayaan yang jatuh dari langit secara global garis besar dan mendominasi dunia berasal dari kota suci 3 agama yaitu yahudi, Kristen dan islam. Yang menjadi ikon kota suci 3 agama tersebut adalah kota yerusalem yang di akui oleh masing -- masing agama sebagai kota sucinya masing dengan dasar kisah sejarah yang berbeda dan sesuai dengan versi masing masing religi samawi tersebut, sejak dari dahulu kala yaitu sekitar 6 ribuan tahun yang lalu dan bahkan sampai sekarang.

Pada fakta kenyataannya ketiga religi dari kota suci 3 agama  tersebut menyebar keseluruh dunia sejak dari 2 ribuan tahun yang lalu sampai saat ini dengan misi masing-masing religi dengan kebenaran masing2 religi dan bahkan membenarkan diri paling benar sehingga selain ke3 nya masing adalah keyakinan, kepercyaan agama yang salah atau juga sering disebut kafir dan lainnya. Hal kondisi tersebut yang saling membenarkan diri setiap masing -- masing religi langit dan menghakimi sesama agama samawi melahirkan konflik yang dimulai sejak lahirnya ke3 kitab langit tersebut dan menghasilkan konflik perseteruan tanpa toleransi sampai saat ini. 

Kondisi secara historis empirical yang selalu bertikai antar ke3 religi langit tersebut adalah nyata fakta yang telah terjadi sejak lahirnya masing2 ke3 kitab langit yang lalu mewabah dan mempengaruhi keseluruh dunia dengan janji -- janji surge katanya. Ke3 kitab langit yang dominan tersebut akhirnya mengubur keyakinan kepercyaan agama alamiah atau yang lahir di Bumi sesuai dengan lokasi bumi yang ditempati atau kalau diIndonesia di sebut keyakinan, kepercayaan atau agama local. Kadang disebut juga agama budaya. Yang lebih menyedihkan disebut(menghakimi) sebagai keyakinan/kepercyaan penyembah berhala/patung oleh kaum manusia yang belajar 3 kitab samawi(langit).

Seiring waktu berjalan dan sejak dahulu seluruh manusia yang berpegangan pada kitab Langit selalu dijanjikan tentang surga yang indah dan damai katanya. Janji -- janji tentang surga yang indah dari masing kitab langit akhirnya menghantam dan menghujam banyak manusia didunia yang berpegangan dan berpedoman kepada kitab kitab bumi yang lahir di tanah masing 2 bumi tempak berpijak. 

Dogma kitab -- kitab langit dengan janji2 yang muluk tentang surga telah menghipnotis banyak manusia walaupun bersamaan dengan mewabahnya kitab2 samawi telah ikut menyumbangkan banyak korban manusia didunia dengan dasar acuan pembenaran diri pada masing2 kitab langit.  Padahal secara kasat mata dan banyak bukti nyata sejak dahulu, sudah terjadi banyak pertikaian dan korban manusia karena memiliki pemahaman dan pengertian yang berbeda dan saling menghakimi antar sesama penganut kitab langit dan itu adalah fakta kenyataan dan terus terjadi konflik sampai zaman now.

Banyak manusia yang berpegang pada masing -- masing kitab Langit selalu membicarakan mengenai moralitas jalan menuju surga, serta rajin menunjukkan symbol -- symbol religious dari perbuatan serta aksesoris tapi tidak memiliki urat malu apabila melakukan kejahatan public (Contoh ; korupsi). Bahkan yang sangat tragis dan menyedihkan, banyak anak bangsa yang tidak peduli dan tidak punya rasa urat malu karena bagi mereka moralitas adalah tidak penting yang penting adalah punya agama langit. 

Hal ini tentu saja membuat kejahatan public berupa korupsi  dalam proses pembuatan kitab suci serta penipuan dalam perjalanan ke tanah suci karena dimotivasi nafsu dunia (harta , tahta dan banyak wanita) bukan merupakan Aib dan meruntuhkan harga diri alias moralitas serta etika adalah sangat tidak penting karena yang terpenting adalah punya identitas agama langit. Bahkan Tuhan nYa pun sungguh sudah tidak berdaya/ditakuti oleh banyak kaum pengikut kitab kitab Langit, karena sumpah diatas kitab suci dan atas nama Tuhannya pun tidak ada maknanya lagi karena sering diLanggar akibat motif nafsu memiliki duniawi sukses harta, tahta dan banyak wanita yang penting punya identitas agama samawi, bukankah kenyataannya begitu sampai zaman now saat ini?

#Very Big Questions

Bahkan bentuk kejahatan/dosa yang namanya korupsi menjadi sebuah "budaya" dan perbuatan perilaku tersebut tidak menimbulkan rasa malu atau bersalah apabila terungkap di ranah public dan divonis di pengadilan. Urat malu atau harga diri di negeri bumi pertiwi adalah menjadi sangat tidak penting karena yang paling penting berkuasa adalah fulus dan bukan Tuhan, sehingga pernah suatu ketika seorang tokoh pendidik nasional mengeluarkan pernyataan bahwa yang terjadi pada masa zaman now saat ini yang dipahami dan dijalankan adalah Keuangan Yang Maha Kuasa, bukan Tuhan Yang Maha Kuasa. Sampai sebegitu jauhkan mental moralitas serta etika yang dimiliki sehingga Tuhan pun dikalahkan oleh uang???

Kenyataan fakta kehidupan yang terjadi dari sejak dahulu 6 ribuan tahun yang lalu sampai zaman now saat ini adalah sbb;

  1. Harga diri akhirnya menjadi  tidak penting, karena  yang penting adalah memiliki identitas religi tingkat Langit bersama simbol-simbol perbuatannya serta aksesoris identitasnya.
  2. Urat malu tidak diperlukan, yang penting sukses punya wang fulus yang sangat banyak serta id kitab langit.
  3. Moralitas adalah tidak perlu pada zaman now saat ini karena yang penting adalah tujuan akhir dan kepentingan yang abadi, sehingga menjadi pengkhianat adalah bukan hal yang tabu tapi sudah biasa umum terjadi.
  4. Etika (Tata Krama) apalagi adalah   merupakan barang using/kuno yang tidak sangat penting karena yang sangat penting adalah sukses banyak uang dan kaya banyak harta materi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun