Mohon tunggu...
Meltira RP
Meltira RP Mohon Tunggu... -

Since 1997.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tentang Depresi

9 Agustus 2017   10:39 Diperbarui: 9 Agustus 2017   10:44 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kali ini saya akan membahas salah satu isu yang begitu hangat belakangan ini yaitu depresi. Depresi adalah salah satu masalah yang begitu banyak dipertanyakan, dipermasalahkan, dan dipertentangkan. Banyak yang menyangka bahwa depresi hanya tentang sebuah kesedihan. Tetapi kenyataannya depresi bukan hanya tentang kesedihan.

Belakangan ini begitu banyak stigma yang berhubungan dengan hal-hal tentang depresi. Tidak sedikit yang mengaitkan depresi dengan lemah nya iman seseorang. Begitu banyak orang merasa mudah menarik kesimpulan, bahwa orang yang mengalami depresi adalah mereka yang lemah secara iman. Pada kenyataannya ini tidak hanya tentang iman seseorang, bahkan ini juga bisa berhubungan dengan bagaimana anda memperlakukan orang lain.

Ketika seseorang mengalami depresi, mereka merasa bahwa dirinya sedang tenggelam tapi tidak ada satu orang pun yang melihat kesusahannya. Kita mungkin akan berfikir bahwa itu kesalahan mereka, kenapa mereka tidak meminta tolong atau bercerita. Tapi kita tidak sadar bahwa bagi sebagian orang tidak mudah untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Bahkan ada yang merasa bahwa akan sangat egois ketika dia harus menceritakan permasalahan pribadinya terhadap orang lain.

Depresi juga bukan hanya tentang kesedihan, rasanya seperti kau kehilangan sesuatu tapi kau tidak tahu kapan tepatnya kau kehilangan hal tersebut. Ketika kau memulai sebuah hari yang baru kau merasa jiwamu seperti kaca yang begitu rapuh. Kau terasa begitu mati rasa terhadap semua rutinitas yang kau lakukan, sampai akhirnya kau kembali tidur tanpa merasakan apa-apa.

Terkadang kita memang tidak melihat tanda-tanda yang diberikan oleh para penderita depresi. Entah karena kita tidak sadar, atau bahkan kita mungkin tidak peduli. Kita merasa tidak mengerti dengan pertanda yang mereka berikan, dan mereka pun merasa sulit menjelaskan apa yang mereka rasakan karena mereka berfikir bahwa kita tidak mengerti tentang apa yang mereka rasakan.

Ketika seseorang mengalami depresi, kebanyakan dari mereka akan menjauh dari lingkungan pergaulannya. Sebenarnya mereka bukan menjauhi kita karena masalah, tapi mereka menjauhkan kita dari masalah. Orang-orang yang mengalami depresi, percaya bahwa mereka sedang mencoba bertarung dengan "setan" yang ada di dalam diri mereka. Mereka hanya berusaha melindungi kita dari kebodohan yang mungkin saja mereka lakukan. Mereka begitu percaya bahwa mungkin saja mereka bisa menyakiti mu.

Suatu masalah mungkin bisa diselesaikan ketika kalian berhasil melihat ujung dari masalah tersebut. Tapi bagi para penderita depresi, masalah yang mereka hadapi seperti tidak terlihat, itu terjadi setiap hari dari waktu ke waktu, bagi mereka sangat tidak mungkin untuk bisa melihat akhirnya, karena jalan keluar seperti tertutup oleh sebuah gerbang kabut yang tidak memiliki kunci,

Depresi bisa dialami oleh siapa saja, dia hadir tanpa kalian ketahui bahkan ketika kalian menolak nya. Depresi bukan sebuah ilusi, kau tidak akan pernah tahu sampai kau merasakannya. Kalian mungkin akan menyadarinya ketika kalian sudah benar-benar kehilangan diri kalian sendiri.

Untuk kalian yang merasa baik-baik saja, mari bangun kepedulian terhadap orang-orang yang ada disekitar kalian. Jangan ragu untuk mengatakan hal-hal baik yang kalian ketahui. Bagi kalian mungkin hal itu tidak berarti, tapi bagi orang lain mungkin saja itu adalah hal yang sangat mereka butuhkan.

Bagi kalian yang saat ini sedang mengalami permasalahan dan berjuang melawan depresi. Percayalah bahwa kalian tidak sendiri. Bagi yang merasa bahwa dirinya tidak disayangi lagi. Saya akan mengatakan bahwa saya sayang kalian, mari kita bersama-sama berusaha menemukan cahaya itu kembali. Saya percaya bahwa pada akhirnya kalian dan saya akan bertemu dijalan yang sama.

Suicide doesn't end the chances of life getting worse, it eliminates the possibility of it ever getting any better.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun