Mohon tunggu...
Soufie Retorika
Soufie Retorika Mohon Tunggu... Penulis - Penyuka seni, budaya Lahat

Ibu rumah tangga, yang roastery coffee dan suka menulis feature, juga jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kartini Pencari Puntung Kayu Bakar

16 April 2022   14:08 Diperbarui: 16 April 2022   17:46 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Riuh terdengar obrolan  ibu-ibu kartini 

Yang bersantai di teduhnya pepohonan karet tak jauh dari rumah

Berlindung dari sengatan matahari pukul satu siang

Tapi pekerjaan mereka belum usai mengumpulkan ranting puntung kayu api

Cadangan penganti LPG 3 kg Melon yang harganya cukup mahal

Begitulah kegiatan sampingan sebagian ibung-ibung (ibu-ibu) dan perempuan setengah baya di dusun-dusun di Bumi Seganti Setungguan, julukan Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Untuk menambah penghasilan keluarga menopang pendapatan suami mereka yang merupakan buruh tani atau buruh bangunan.

Biasanya selepas mereka melakukan pekerjaan pokok di rumah barulah mereka memasuki hutan-hutan dan kebun yang tak dirawat pemiliknya mencari kayu dan ranting atau biasa mereka menyebutnya puntung kayu. Sebab mereka tidak mampu memasak menggunakan bahan bakar LPG 3 kg (Melon) yang di dusun mereka harganya Rp 25.000 - Rp 28.000. Kartini desa ini harus memutar otak memenuhi kebutuhan dengan penghasilan seadanya.

"Awalnya puntung ini hanya untuk kebutuhan dapur kami saje, tapi karena lama-lama ada yang beli dan nambahi duit kebutuhan yang kurang akhirnya jadi kegitan rutin kami," ujar Novi (31) ibu beranak dua ini, yang merupakan warga Desa Batay, Lahat.

Memang kebutuhan pokok yang mereka harus penuhi tak sebanding dengan penghasilan keluarga ini. Dengan memiliki anak dua orang di usia sekolah, dan suami yang hanya buruh bangunan ini dirinya merasa sangat pas-pasan menghadapi tekanan hidup.

"Anak-anak harus dibelikan baju sehari-hari, baju sekolah, ongkos dan makan sehari-hari yang secukupnye saje," begitu ucap Novi yang tetap bersemangat mengisi kinjar-nya dengan puntung-puntung kayu api ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun