Mohon tunggu...
Soufie Retorika
Soufie Retorika Mohon Tunggu... Penulis - Penyuka seni, budaya Lahat

Ibu rumah tangga, yang roastery coffee dan suka menulis feature, juga jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Fiksi | Bang Hilal Sudah Datang Mak

24 Mei 2020   00:05 Diperbarui: 24 Mei 2020   00:02 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa kali ke Pati dikenalkan pada keluarga dan teman-temannya. Pada orang tuanya ia mengatakan calon istrinya, tentang aku. Dan tak sekalipun mengelak.

Hingga di suatu Ramadhan aku pulang ke Palembang tanpa sebab yang jelas tidak kembali. Cuma aku yang tahu saat itu bersikap menjauhinya. Apalagi kuliahku selesai dan beberapa pekerjaan di Yogya kutinggal kan. 

Bang Hilal tahu bahwa aku pulang mendadak, karena bapak sakit dan mamak tak bisa sendiri merawatnya. Aku sebagai anak tunggal sudah pasti harus merawat bapak. Padahal sakit bapak tidak parah, dan setelah seminggu perawatan sudah pulih.

Ada hal lain yang juga tak kuceritakan pada mamak dan bapak yang sudah tahu hubungan ku dengan Bang Hilal. Kebiasaan semua kupendam sendiri. Alasannya mereka tahu, aku bekerja di sebuah kontraktor di Palembang.

Hari itu mendekati lebaran Idul Fitri, dan mamak ribut dengan perseteruan informasi yang diterimanya tentang hari lebaran, kukatakan tunggu saja pengumuman di televisi dan radio. 

"Mak tenang bae, gek kan ado pengumuman."

"Perhitungan hilal sudah nampak biasanya setelah Magrib dan berbuka ada pengumuman."

Perdebatan sengit kami hilang ditelan air. Mamak bisa dijelaskan, hanya saja ia was-was. Dan persiapan hidangan lebaran lebih awal sudah di stok di kulkas. Tinggal mengeluarkan dan dipanasi saja. Siang itu aku masih di tempat kerja dan mamak menelpon.

"Kau baleklah sudah sore."

"Si Hilal sudah nampak dan besok lebaran."

Ngotot tanpa goyah kalimat mamak ditelpon menyuruhku pulang. Kubatin, tidak mungkin pengumuman hilal siang seperti menjelang sore ini. Tapi tidak mungkin membantah cecar mamak yang berdesing di telinga. Kuikuti ucapannya dan berjanji pulang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun