Mohon tunggu...
Soufie Retorika
Soufie Retorika Mohon Tunggu... Penulis - Penyuka seni, budaya Lahat

Ibu rumah tangga, yang roastery coffee dan suka menulis feature, juga jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tentang Rindu

9 Februari 2019   00:38 Diperbarui: 9 Februari 2019   00:41 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini aku bergegas pergi menemui ibuku, setelah sekian kali aku ingkar pada benakku sendiri untuk mengunjunginya, mengulang rasa rindu dan meluapkan tasbih kekesalan yang berulang-ulang tak bisa kutumpahkan.

Memandangi lelaki yang kukasihi, yang berharap penuh pada doa-doaku agar diberi kelancaran untuk menikah, untuk membina, menata rumah tangga dengannya, kuseka airmata yang tumpah saat batinku tak bisa melampaui kesabaran ini. 

Batas kota sudah kulewati, airmataku sudut karena batinku berkata, jangan sampai ibu melihat airmataku. Laju kendaraan yang membawaku, bersama kabut pagi yang menggelayut seperti kapas-kapas salju. Titik air di ujung dahan masih nampak, urai kalimat Tuhan agar langkahku terjaga hingga tiba di rumah ibu terus kutemukan.

Bu.. oh ibu... 

Berlarian aku mencium punggung tangan tipis nan lembut, usap di kepalaku berbisa kelegaan teramat sumringah. Usapan saja telah mampu menenangkanku. 

"Dengan sape nak ?"

"Kance kaba mane ?"

"Ajaklah masuk, kenalkan endungni."

Ia bukan ibu kandungku. Bahasa dusun Paseumah yang ia tanya padaku, tentang kedatanganku, teman yang menemaniku,  tentang isyarat mata yang selalu kami mainkan tiap kali di antara kami tak mampu berucap. Setiap kali itu pula hanya mataku yang mengucapkan kerinduan pada ibu.

Endung atau ibu, dirinya menyebutkan. Bukan basa basi ia bertanya bahwa yang menemaniku ke rumahnya. Isyarat ia menunggu kata, kabar kapan aku akan menikah. Ah... Menyesakkan dadaku, Dan beliau mengerti segera beralih menyuruhku makan. Terung hijau bundar dimasak santan kuning, sambal tempoyak (daging buah durian yang difermentasi), sambal terasi, lalapan, kerupuk, dan ikan asin tawar khas Manna dari Bengkulu Selatan.

Ia tahu, tubuhku yang kecil, makan yang tak banyak, dengan kunyahan lamban juga lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun