Mohon tunggu...
Harry Puguh
Harry Puguh Mohon Tunggu... Administrasi - Sustainability Profesional

Saya bekerja di lembaga swadaya masyarakat selama lebih dari 20 tahun dan sekarang bekerja dibidang sustainability

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Collateral Damage Covid-19

3 Desember 2021   10:50 Diperbarui: 3 Desember 2021   10:58 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Tanpa kita sadari, covid sudah berjalan dua tahun, selama dua tahun ini kebanyakan waktu kita dihabiskan di rumah, yang membatasi interaksi sosial kita, disaat yang sama kita disuguhi berita duka, ketakutan, disrupsi informasi, kehilangan pekerjaan, kehilangan penghasilan dan kehilangan orang-orang disekitar kita.

Bisa dibayangkan kita sebagai orang tua menghadapi situasi seperti itu, suka tidak suka akan ada akibat psikologi dan sosial, dan semua orang mempunyai ketahanan yang berbeda beda menghadapi situasi diatas, banyak fakta masalah psikologi meningkat dimasa pandemi ini, dan begitu banyaknya ya orang yang terkena masalah ini, kita akan menjadi individu yang tidak berfungsi dengan baik dalam bermasyarakat apabila tidak sembuhkan dengan benar.

Bukan hanya orang tua, anak-anak juga menghadapi resiko yang sama, bahkan lebih berat, selama dua tahun mereka dilatih untuk menjauh dari interaksi sosial, mereka belajar untuk meminggirkan interaksi sosial, dan empathy dalam kosa kata hidup mereka. dan bahaya besar karena anak-anak akan membawa jauh kebiasaanitu  ditahun-tahun mendatang.

Interaksi sosial dan kohesi sosial dipadukan dengan kondisi psikotik anak akan menjadi modal sosial yang sangat buruk dalam membangun peradaban kita. Kolateral damage dari pandemi ini mungkin gak akan dirasakan sekarang kita akan lihat beberapa tahun kedepan pasca covid. Ditambah efek samping vaksin yang bisa jadi menambah situasi perfect storm yang sangat perlu kita mitigasi sebagai bagian tanggung jawab sosial kita.

Hal-hal yang perlu kita antisipasi ke depan adalah orang tua dan anak  akan kehilang koneksi sosial, frustrasi dan agresi, dan itu berlaku bukan satu atau dua orang aja, ini berjemaah dan berpotensi menimbulkan kerusakan yang bukan hanya buruk tetapi extra vaganza - epic, kalau kita sebagai individu tidak membangun kesadaran untuk membangun kembali konesksi sosial yang hilang, menyembuhkan aspek psikologi yang rusak secara bersama-sama.

Bisa dibayangkan khan, orang yang secara mental bermasalah dan kehilangan koneksi sosial dan itu komunal. 

Komunitas akan berada dalam bahaya ketika kesadaran individual akan kohesi sosial tidak dibangun kembali pasca covid, akan berjalan lama untuk membangun peradaban yang baik beberapa tahun kedepan, perlu kerja keras dan kehati hatian, karena manusia bukan mesin yang serta merta diganti spare partnya ketika bermasalah.

Dalam prosesnya akan ada banyak letupan-letupan kecil, dari individu-individu korban lockdown dan disrupsi informasi. akan berat kalau tidak ada kuasa yang mengarahkan kita menuju peradaban yang benar, karena kita tidak tahu apakah ada orang yang kuat jahat memanfaatkan situasi keruh ini untuk mengambil keuntungan, untuk kuasa dan harta.

Hal itu sudah kelihatan khan, betapa orang-orang berotot itu mengambil untung dari situasi chaos, dan kedepan akan ada bahaya besar ketika ada orang kuat memanfaat kondisi psikotik sosial untuk keuntungan pribadinya.

Jaman dulu diktator menghipnotis dengan kepintaran dia menyampaikan ideologinya, dan kedepan akan ada celah ada orang kuat yang memanfaatkan komunitas yang sudah kehilangan akarnya, yang sakit, dan itu sangat mudah, semudah menjentikan jari.

Jadi mulai sekarang, bangunlah koneksi sosial dengan sekitar kita, seyumlah dengan orang disekitar kita, say hi dengan dengan orang yang tidak kita kenal, mulai reconnect dengan teman-teman kita yang mengerti kita, sehingga kita bisa berinteraksi dengan kejujuran yang pada akhirnya bisa membangun hubungan sosial yang positif dengan sekitar tanpa sekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun