Akhirnya Ibu meninggal, dan ketika sakit mae mengurusnya dengan baik, memandikan, membersihkannya, menemaninya siang dan malam, sampai pada Tuhan menjemputnya.
Sore itu, Ibu dipanggil Tuhan, kebiasaan di desaku, ketika ada yang meningal, harus di makamkan hari itu juga, Mae menentang tradisi itu, setelah dimandikan oleh Mae, bersih, sebelum diberi pocong, diberikan pakai yang paling bagus yang Ibu punya, Mae ingin menikmati malam terakhir dengan mertuanya.
Semalaman sampai pagi Mae menghabiskan waktunya dengan Almarhumah Ibu, untuk menghargainya, untuk menunjukan rasa cinta, kehilangan dan kekagumannya kepada Ibu.
Untuk menunjukan rasa kagumnya, Mae tidak memilih panggilan nenek, Â yangti, oma untuk cucu-cucunya, Mae memilihi IBU, sebagai nama panggilannya sebagai nenek.
mengerti jalan akhir dari kehidupan Ibu, dirawat dan disayang dengan penuh oleh Mae, aku cuma bisa duduk bersimpuh, meneteskan air mata di sebelah pusaranya, yang sudah mengering.
I love you Ibu.