Mohon tunggu...
Harry Puguh
Harry Puguh Mohon Tunggu... Administrasi - Sustainability Profesional

Saya bekerja di lembaga swadaya masyarakat selama lebih dari 20 tahun dan sekarang bekerja dibidang sustainability

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ibu, I Love You!

19 September 2021   09:59 Diperbarui: 19 September 2021   10:08 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya adalah salah satu cucu yang disayang oleh nenekku, saya sangat dekat dengan nenek yang selalu aku pinggil "Ibu", dia pedagang daging dipasar, dia selalu membeli oleh-oleh untuk cucu-cucunya ketika dia pulang dari pasar setiap hari.

Ibu sebenarnya bukan ibu kandung dari Bapakku, orang tua Bapakku meninggal ketika Pae masih kecil, balita. Ibu tidak mempunyai anak dan suami Ibu waktu itu adalah seorang tentara pejuang.

Ibu mengambil keputusan untuk mengambil pae sebagai anaknya untuk menemaninya sembari menunggu suaminya berperang, singkat ceritanya.

Ibu seorang perokok berat, memang perempuan-perempuan setengah baya di desaku biasanya mulai merokok atau setidaknya mengunyah sirih pinang diwaktu luangnya, tetapi Ibu memilih untuk merokok, sepulang kerja, Ibu selalu duduk sore-sore dan aku cucu yang selalu menemani Ibu merokok, minum teh kental, lampu teplok dan simanis duduk didekat lampu teplok untuk mencari kehangatan.

Ketika berkenalan dengan dunia luar, banyak orang berpikir perempuan merokok adalah tidak bagus, buatku perempuan merokok cuma mengingatkan aku dengan perempuan desa, mandiri, tulus, perpikir maju, pekerja keras, penyayang dan pecinta kucing, gak lebih dari itu.

Satu lagi, setelah beberapa waktu, aku jadi mengerti dengan kecantikannya Ibu adalah perempuan bebas dibalut dengan kebaya jawa di kesehariannya, saya tidak bisa menjelaskan secara detailnya tetapi aku tau dia adalah wanita yang berpikir bebas dimasanya.

Kesabaran, pekerja keras, tegas dan kebaikan hatinya, membuat mae mengagumi mertuanya, Ibu memberikan tanah warisan lama sebelum dia meninggal supaya diolah oleh pae mae untuk membiayai kuliahku dan adekku.

Tahun 2000, ketika aku dalam perjalanan dinas ke Sumba, adhek memberi kabar, Ibu dipanggil Tuhan, dan aku dikabarkan setelah seminggu Ibu meninggal, aku marah, sedih dan kehilangan semua tenagaku.

Mereka tidak punya keberanian untuk memberitahu, karena begitu sayangnya saya kepada Ibu, dan itu sangat menyakitkan ditinggal orang yang kita sayang.

Beberapa saat sebelum meninggal diusia diatas 80 tahun, Ibu didiagnosa kanker paru paru tahap akhir karena kebiasaan merokoknya, perokok berat, "lebih baik gak makan daripada gak merokok", katanya.

pada saat sakit dan tidak mungkin bisa ditolong, Mae mengambil keputusan untuk memberikan rokok selama  sakit, untuk menikmatnya di hari-hari terakhirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun