Mohon tunggu...
Harry Puguh
Harry Puguh Mohon Tunggu... Administrasi - Sustainability Profesional

Saya bekerja di lembaga swadaya masyarakat selama lebih dari 20 tahun dan sekarang bekerja dibidang sustainability

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Kecil di Balik Pembangunan Gelora Bung Karno

1 November 2018   09:36 Diperbarui: 1 November 2018   10:02 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kejadiannya sekitar tahun 1960-1962, bisa jadi pada saat itu musim kering dimana Gunung Sindoro mengalami kebakaran.

Pagi itu seluruh kampung dibangunkan dengan teriakkan ibu-Ibu yang sedang berangkat ke sawah, dua babi hutan besar masuk ke kampungku karena lari dari kobaran api Gunung Sindoro. Seluruh desa dilingkupi suasana tegang, tidak ada seorangpun berani keluar rumah, karena begitu besarnya babi hutan ini.

Sementara Slamet baru saja bangun, dan seperti biasa merenungi masa depannya setelah lulus SMP, Ibunya gak punya banyak biaya menyekolahkannya, sementara Bapaknya yang pensiunan tentara gerilya sudah meninggal, cuma mewariskan samurai Heiho bekas dari PETA.

Ibunya teriak, "Met, sembunyi!",  sambil menutup pintu rumahnya supaya babi hutan besar itu gak masuk rumah.

Hal itu mengagetkanya dan dengan seketika, mengambil samurai peninggalan ayahnya dan lari mencari babi si biang teror di desa, tanpa mengiraukan perintah ibunya.

Suasana desa yang tegang dan lengang menolongnya untuk mencari sumber ketakutan.
Si babi hutan sedang makan dengan santainya di kebun milik tetangga, dihunusnya samurai dan di kejarnya babi hutan itu, yang satu lari ke arah gunung dan yang satunya lagi lari arah sungai. Di ujung sungai, si babi terjebak harus lompat kesungai, tidak ada pilihan babi selain berbalik arah, dengan gusarnya, sementara Slamet kecil berdiri tegak dengan Samurai terhunus.

Dalam hatinya berkata, "harus lari atau hadapi".

Disaat yang sama si babi sudah lari untuk menyeruduk, dengan sekali gerakan menyamping Slamet bisa menghindari serudukannya, tapi itu membuat dia terjebak diantar sungai dan babi hutan.

Saat babi hutan berbalik, dia berpikir keras, pilihannya loncat ke sungai atau melawan, seketika babi itu mendengus dan merendahkan badanya untuk menyeruduk mangsanya yang sudah terpojok.

sekuat tenaga babi hutan itu menyeruduk dan sejengkal sebelum menabrak, Slamet meloncat kesamping, sambil menyabetkan samurainya ke kaki babi. Babi itu meluncur deras ke dasar sungai dengan luka dalam di kaki depannya, meronta tapi kaki depannya terlalu parah lukanya.

Dengan tenang Slamet turun ke sungai, di dekati dengan hati-hati dan menusukkan samurainya menembus jantung babi hutan itu untuk mempercepat penderitaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun