Mohon tunggu...
Sorot
Sorot Mohon Tunggu... Lainnya - Akun Resmi

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana Sorot digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel seputar rilis, serta kolaborasi dengan mitra. Email : sorot.kompasiana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Ibu dan Pajak Kita

26 Februari 2023   19:00 Diperbarui: 27 Februari 2023   10:52 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu, kalau aku merantau, lalu datang musim kemarau,
sumur sumurpun kering, dedaunan gugur bersama ranting,
hanya air mata, air matamu yang tetap lancar mengalir.

Ibu, kalau aku merantau sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar

Ibu adalah gua pertapaanku
dan ibulah yang meletakkan aku di sini
saat bunga kembang menyemerbak bau sayang

Ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti
bila kasihmu ibarat samudera sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut 

 
Pada diri tempatku berlayar, menebar pukat
dan melempar sauh lokan-lokan, mutiara, dan kembang laut semua bagiku
kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan namamu,
Ibu, yang kan kusebut paling dahulu lantaran aku tahu engkau ibu dan aku anakmu bila aku berlayar lalu datang angin sakal

Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal
Ibulah itu bidadari yang berselendang bianglala
Sesekali datang padaku menyuruhku menulis langit biru dengan sajaku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun