Mohon tunggu...
soraya amanda
soraya amanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi Pendidikan Bahasa Jerman UPI berasal dari Bandung.

Akun ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kuliah Kerja Nyata Tematik LPPM Universitas Pendidikan Indonesia Gelombang II 2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Peran Serta Dukungan Orangtua dalam Mengembangkan Literasi Dini

25 September 2021   19:57 Diperbarui: 25 September 2021   20:00 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

  1. Literasi dini disini sebenarnya  bukan diartikan mengajarkan anak untuk membaca, melainkan membangun fondasi untuk anak membaca agar dikemudian hari apabila sudah waktunya belajar membaca mereka akan lebih siap. Literasi dini juga tidak menyuruh anak untuk membaca, berbicara, dan menulis, namun lebih ke pada mengarahkan anak untuk nantinya melakukannya. Apabila adanya tuntutan untuk bisa menguasi hal tesebut, maka hal itu tidak sesuai dengan tahapan perkembangan pada usia mereka. Sering terjadi di mana orang tua meminta anak-anak membaca di usia yang tidak siap dalam perkembangannya, ini sangat kontra produktif artinya akan berpotensi menganggu anak-anak dalam proses membaca, dan lebih buruk mengakibatkan gagal dalam proses membaca dikemudian hari. Literasi dini menekankan segala sesuatu yang dilakukan anak, yang nantinya akan berlangsung secara alamiah, seperti halnya menikmati buku tanpa dipaksa oleh orang tua dan guru, namun sayangnya buku sendiri pun sebagai media yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat minat baca.

Kebanyakan Program Literasi dikenalkan kepada anak-anak dengan cara yang kurang menarik. seperi buku-buku yang kenalkannya seperti buku yang tebal, lalu tidak bergambar dan hurufnya kecil. Lalu pada saat nanak mulai membaca komik atau cerita bergambar,
orang tua melarang keras dan memberikan ancaman pada anak bahwa ketika membaca komik atau cerita bergambar, anak-anak akan menjadi bodoh dan malas belajar.

Anak-anak berusia 0-6 Tahun juha disebut usia emas, yang di mana menjadikan Orang tua sebagai Modelling, mentoring, organizing dan teaching akan sangat memengaruhi way of life anak, karena pada usia tersebut sel-sel otak anak tumbuh sangat cepat. Usia emas ini terjadi pada anak-anak usia berusia 0-6 tahun. Orang tua dan lingkungan akan mendukung kemampuan baca tulis mereka

Berbicara mengenai peranan Keluarga menurut Stephen R. Covey. Berikut  terdapat 4 hal yang disebutkannya yaitu:

1. Modelling, tidak diragukan lagi, bahwa orangtua merupakan panutan atau model anak-anaknya. Orangtua sangat memengaruhi secara kuat sekali dalam hal keteladanan bagi sang anak. Baik hal positif ataupun negatif, orangtualah yang pertama dan terdepan yang dijadikan teladan oleh anak. Orangtua menjadi pola pembentukan "Way of Life" atau gaya hidup anak. Cara berpikir dan perbuatan anak dibentuk oleh cara berpikir dan berbuat orangtuanya. Dengan cara seperti inilah orangtua mewarisi perbuatan dan pola pikir buat anaknya.

2. Mentoring, artinya kemampuan untuk menjalin atau membangun hubungan, menanamkan kasih sayang kepada orang lain, atau pemberian perlindungan kepada orang lain secara mendalam, jujur dan tanpa syarat.

3. Organizing, keluarga juga merupakan analogi dari perusahaan kecil yang memerlukan kerjasama tim, dalam menyelesaikan permasalahan, tugas, atau memenuhi kebutuhan keluarga.

4. Teaching, orangtua sebagai guru di lingkungan keluarga. Orangtua mengajarkan kepada anak-anaknya tentang hukum-hukum atau prinsip dasar kehidupan. Di sinilah orangtua diuji kompetensinya untuk menciptakan kemampuan sadar pada diri anak, yaitu anak sangat menyadari apa yang dikerjakannya dan memahami alasan mengapa mengerjakan hal itu. Di sinilah anak akan merasa enjoy dengan pekerjaannya tanpa sedikitpun ada rasa terpaksa karena orangtuanya.

Pada Abad-21 ini  orang tua dan anak-anak sudah sangat akrab dengan teknologi digital, seperti smartphone, laptop, dan internet. hal ini dapat menjadi ladang potensial untukmengajarkan anak mengenai ragam sumber bacaan, seperti buku cetak, e-book,  e-paper, dan juga portal berita online. 

Menjadi bahaya terbesar bagi anak adalah jika mereka terlalu berlebihan dalam menggunakan teknologi tersebut hanya untuk main game dan bersosial media. Padahal, teknologi juga menawarkan informasi dan bacaan yang jauh lebih bermanfaat jika mereka mau menggunakannya. Oleh karena itu Orang Tua harus dapat menjadi Fondasi sekaligus filter bagi anak.

Soraya Amanda Jasmine-1800942, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra-Pendidikan Bahasa Jerman, KKN Kelompok 42

Daftar Pustaka:

Baker, L., Sonnenschein, S., Serpell, R., Scher, D., & al, e. (1996). Early literacy at home: Children's experiences and parents' perspectives. The Reading Teacher, 50(1), 70. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/203267337?accountid=25704

Martini, F., & Sénéchal, M. (2012). Learning literacy skills at home: Parent teaching, expectations, and child interest. Canadian Journal of Behavioural Science, 44(3), 210-221. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/1026948267?accountid=25704  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun