Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bapak Presiden, Masih Adakah Alasan untuk Menunda Lockdown?

28 Maret 2020   13:07 Diperbarui: 28 Maret 2020   13:33 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto (AyoBandung.com).

Lekas pulih bangsaku!!!

Begitu kira-kira kata penyair terkenal Indonesia, Fiersa Besari terkait pandemi covid-19 yang sedang menggunjang negeri yang begitu kita cintai ini. Bangsa kita memang sedang dirundung duka. Duka yang tak tahu kapan akan berkesudahan.


Semua orang berharap bahwa masalah ini benar-benar bisa kita tanggulangi. Menanggulanginya dengan cara yang seperti apa, itu dia masalahnya.

Gambaran penyelesaian masalah besar rumah tangga ini seperti Ayah, ibu, dan anak nampaknya bekerja bersama-sama tapi tidak seirama dalam satu perbuatan. Ada daerah yang lockdown, ada daerah yang karantina, ada juga daerah yang  anteng-anteng saja menghadapi pandemi ini sambil cengengesan  minum jamu dan kerokan.

Pro kontra antara lockdown atau karantina kewilayahan harusnya kita sudahi. Jika pemerintah ingin melakukan karantina, jalankan prosedur karantina yang menyelematkan dan memastikan rantai penularan terputus. Jika ingin lockdown, siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Hitung berapa yang diperlukan dan buat peraturan hukumnya agar semua mau melaksanakan dan benar-benar patuh.

Entah apa istilahnya yang cocok, namun konsep lockdown yang sudah diterapkan oleh beberapa negara sepertinya sudah tak bisa lagi kita tunda. Pemerintah mungkin bisa berkilah dengan sejuta argumentasinya jika lockdown dilakukan maka ekonomi kita akan terpuruk.

Tetapi tetap saja bangsa kita juga akan terpuruk jika tidak melaksanakan konsep lockdown. Mengapa? Karena hari demi hari, kasus ini terus bertambah banyak. Bermula dari dua orang, kini sudah menjangkiti ribuan. Yang mati dan menjadi korban juga sudah banyak.

Jika melihat data, pertambahan angka eksponensial kasus covid-19 ini naik sangat spesifik. Pada tanggal 24 Maret 2020, terdapat 790 kasus positif infeksi covid-19 di Indonesia dengan proporsi terbanyak ditemukan di ibukota negara, Jakarta (463 kasus). Angka kematian/mortalitas di Indonesia sendiri saat ini mencapai 58 kasus, dengan jumlah pasien yang sembuh adalah 30. Dengan demikian, Indonesia berada pada ranking-5 kasus dengan case fatality rate (CFR) tertinggi ke-5 di dunia.

Lalu per hari ini (27/3) jumlah yang positif sudah naik lagi menjadi 1000 orang. Artinya dalam tiga hari, kenaikannya bisa mencapai 9 persen perhari. Sedangkan berdasarkan data WHO orang yang terjangkit virus sars-cov2 bisa menularkan ke dua orang manusia atau lebih yang kontak dengannya. Kesimpulannya, jika 1000 orang ini pernah kontak dengan dua orang terdekatnya baik itu keluarga, saudara, pacar atau kolega yang  lain, maka jumlah kasus positif corona akan menjadi 2000 orang.

Dan data itu pasti akan semakin terus naik. Jika korban yang positif tidak dikarantina secara ketat apalagi sampai dibiarkan mudik ke kampung halaman.

Keputusan pemerintah untuk tidak atau belum melaksanakan lockdwon dan memilih untuk menerapkan karantina meliputi sosial distancing, physical distancing maupun imbauan untuk menjauhi keramian dan berkumpul-kumpul 2 atau 3 orang nyatanya tidak memberikan pengaruh yang signifikan seperti apa yang diharapkan di awal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun