Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Logika ToA dan Banjir adalah Berkah

24 Januari 2020   18:25 Diperbarui: 24 Januari 2020   18:31 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musim hujan urung sirna, pohon pohon telah tak berakar. Monas yang indah, kini kau ubah jadi pacuan kuda dan upacara. Jakarta tidak kekurangan tanah untuk menumbuhkan paru paru dunia. Tapi Jakarta telah kehilangan keberpihakan pemimpinnya. Mana karya karya yang kau janjikan? Mana simbol simbol santunmu yang telah disematkan? Apakah santun dengan membunuh pohon? Setan pun tahu, ketika rumah mereka dirusak, mereka akan marah, pun manusia. Sekarang masih ada waktu. Jangan hanya tata kata. Ibu kota tolong kau jaga. Ia sudah tua. Paru parunya telah kau tikam, udara tercemar dan banjir kini menjadi berkah bagi penggemar buta mu. Salam untuk kamu yang jago tata kata dengan ToA, retorika dan risalah.

Musim penghujan memang sedang melanda bumi pertiwi. Beberapa daerah, kabupaten maupun kota ditimpa bencana banjir. Sumber sumber berita juga menjelaskan bencana banjir ini memang sering terjadi ketika musim penghujan. Dan daftar kota kota yang selalu menjadi langganan banjir, enggan untuk berganti nama dan memperbaiki rupa kota. Salah satunya, D.K.I Jakarta.

Jakarta memang selalu menjadi langganan banjir. Saya tidak ingin menyampaikan sejarah kapan DKI Jakarta mulai dilanda banjir dan bagaimana kondisi kondisi awal Jakarta ketika mengalami banjir. Karena hal ini bukanlah hal yang menarik dibaca dan untuk ditulis. Sisi yang lain dan sensitif untuk kaji adalah bagaimana Jakarta memoerbaiki dirinya dan mampu mengeliminasi banjir ketika musim hujan tiba, air laut sedang pasang maupun banjir kiriman dari atas. Banjir bukanlah hal baru. Banjir adalah permasalah pelik ibu kota. Ibarat nasi, ia telah disimpan lama diatas meja makan. Berhari berhari disitu hingga menjadi basi. Namun tetap disitu dan kapan nasi itu selanjutnya dibuang kemudian diganti dengan nasi yang baru. Setidaknya jangan hanya nasi. Jika ada lauk dan sayurannya. Lebih nikmat...

Telah begitu banyak solusi yang telah ditawarkan dan kebijakan definit yang siap dilaksanakan untuk mengatasi banjir Jakarta. Namun semua itu kembali lagi pada ujung pena pemimpin. Era pergantian pemimpin diJakarta sudah banyak sekali. Sebut saja nama nama veteran seperti Ali aSadikin, Bang Foke, Joko Widodo yang kini tengah menjabat sebagai Presiden, dan gubernur populer yang selalu menuai pro dan kontra Basuki T. Purnama yang sekarang menjabat Komut Pertamina. Semuanya sama sama menghadapi banjir. Namun faktanya Jakarta begitu begitu saja. Semua mengalami banjir.

Sekarang Jakarta telah dipimpin oleh pemimpin baru lagi. Anies Baswedan, mantan Menteri Pendidikan dimasa pemerintahan jokowi jilid I kini didapuk menjadi Gubernur Jakarta. Anies kini juga harus berlelah payah mengahadapi banjir. Namun bukan mengatasi banjir air. Namun banjir kritik dan caci.

Hal ini didasari pada beberapa golongan dan kelompok masyarakat Jakarta yang kurang puas akan kinerja Anies setelah beberapa tahun menakhodai Jakarta. Mereka beranggapan Anies belum berbuat apa apa dan belum ada janji janji Anies yang terealisasi sewaktu berorasi dalam pilkada DKI Jakarta lalu.

Tak mau disalahkan, pemerintah pusat pun juga gerak cepat. Menteri PUPR dibawah arahan Presiden Jokowi mengambil langkah cepat untuk segera mengatasi banjir yang tak berkesudahan. Pemerintah pusat pun akhirnya memberikan instruksi khusus agar Gubernur anies segera merealisasikan kerja kerjanya yang sudah direncanakan dan setujui pada awalnya.
 
Banjir yang melanda ketika awal tahun 2020 ini menurut para ahli lingkungan dan tata kota sebabnya adalah air yang meluap dari sungai sungai yang melintasi daerah jakarta .Yah memang, saat itu hujan turun sangat deras.  Tidak adanya peringatan dini akan datangnya hujan dan melesetnya orakiraan cuaca dari info yang diberikan BMKG membuat beberapa kalangan menuntut ganti rugi akan musibah banjir ini.

Menindaklanjuti hal itu, Gubernur Anies malah membuat terobosan dengan mencanangkan pembelian toa  untuk mengantisipasi akan bencana banjir.  Buntutnya, sekelompok warga juga melakukan aksi demonstrasi didepan Balai Kota yang diprakarsai oleh politikus PDI Perjuangan Dewi Tanjung.

Dari arah berlawanan, beberapa masyarakat malah memuji kinerja Anies yang dianggap mampu mengatasi banjir. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh beberapa kelompok politisi anyar dan salah satunya juga diprakarsai oleh anggota DPD RI, Fahira Idris yang berada disisi anies untuk menjawab semua tuntutan dari kelompok oposisi.

Duo ibu ibu ini akhirnya saling menggiring masa dan membentuk opini tentang kinerja kinerja anies yang kadang dicaci juga malah dipuji. Benturan massa dan opini tak bisa dihindarkan. Dua duanya saling klaim opini tentang kinerja Anies dan rencana program Anies yang secara arah, berlawanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun