Mohon tunggu...
Ari Sony
Ari Sony Mohon Tunggu... Administrasi - Bung Arson, Pengamat dan Pemerhati Olahraga Khususnya Sepakbola

Olahraga adalah nadi yang harus selalu digerakkan, dan ketika menulis topik lainnya harus sesuai dengan sudut pandang sendiri dan pemikiran yang matang

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Marcus F. Gideon Diparkir dan Komposisi Tak Biasa Ganda Putra Indonesia vs China, Juara atau Blunder?

17 Oktober 2021   15:02 Diperbarui: 17 Oktober 2021   16:26 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejutan dilakukan oleh pelatih ganda putra Indonesia, Herry IP dengan tidak memainkan the minions pada laga final Piala Thomas melawan China, yang akan dilangsungkan di Ceres Arena, Aarhus, Denmark, Minggu (17/10/21) malam WIB.

Diluar dugaan Marcus Fernaldi Gideon, tidak dimainkan oleh tim pelatih. Sedangkan Kevin Sanjaya dimainkan dipartai keempat berpasangan dengan Daniel Marthin. Untuk sementara the minions berpisah demi sebuah strategi untuk mendapatkan gelar juara atau hal ini akan menghadirkan blunder seperti final Piala Thomas 2016.

Pada final Piala Thomas 2016, saat kalah melawan Denmark 3-2. Indonesia melakukan blunder dalam komposisi skuad pemain yang bertarung dipartai final. Jonatan Christie yang saat itu masih berusia 18 tahun, selalu tampil dalam seluruh laga tim Piala Thomas Indonesia, kecuali di partai final.

Dalam lima laga, Jojo sapaan akrab dari Jonatan Christie memenangi 4 laga dan kalah sekali di babak semifinal, melawan tunggal putra andalan Korea Selatan, Son Wanho.

Posisi Jojo saat itu, sejatinya sebagai tunggal kedua, namun karena pemain tunggal pertama Tommy Sugiarto kondisinya sedang tidak fit. Jojo diturunkan sebagai tunggal pertama untuk menghadapi Son Wanho. Saat melawan tunggal putra Korea Selatan, memang Jojo tampil buruk sehingga kalah dengan skor, 10-21 dan 16-21.

Dipartai final Jojo tidak dimainkan, alasannya saat itu karena karakter permainan Jojo tidak cocok dengan gaya main tunggal putra kedua Denmark, Jan O Jorgensen.

Anthony Ginting yang saat itu berusia 20 tahun, dianggap akan mampu mengalahkan Jan O Jorgensen. Sehingga Ginting yang sejatinya sebagai tunggal ketiga, dimainkan sebagai tunggal kedua. Dan tunggal ketiga saat itu dipercayakan kepada Ihsan Maulana.

Dan hasilnya pun tak seindah prediksi awal, Anthony Ginting yang diandalkan untuk bisa mengalahkan Jan O Jorgensen ternyata gagal menunaikan tugasnya dengan baik.

Saat kedudukan skor imbang 2-2, sudah dapat diprediksi jika Indonesia akan kalah, karena di partai kelima Ihsan Maulana memang kualitasnya di bawah Hans-Kristian Solberg Vittinghus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun