Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - lecturer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kisah Cinta Kami

25 April 2019   16:56 Diperbarui: 25 April 2019   17:18 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: etsy.com

Aku bertemu dengan gadis cantik ini beberapa tahun yang lalu. Aku menginginkannya, aku menyukainya tetapi aku tidak tahu, apakah dia merasakan hal yang sama seperti aku. Aku terjaga setiap malam memikirkan segala yang kami bisa.

Aku terus memikirkan hari demi hari. Memikirkan apa yang bisa aku katakan. Apa yang bisa aku lakukan. Jika saja dia tahu.

Bagaimana perasaanku tentang dia. Oh, betapa aku berharap hal-hal di antara kami akan terjadi. Aku berharap aku memiliki keberanian untuk berbicara dengannya dengan cepat. Tetapi sejujurnya aku tidak pernah terlalu mudah berucap.

Aku tidak pernah memiliki keberanian untuk berbicara lebih dari satu atau dua menit. Tetapi setiap kali kami berbicara perasaanku padanya tumbuh. Aku mencintainya lebih dari siapa pun yang pernah kutemui. Tetapi cinta itu membuatku kesal di malam hari.

Dengan perasaan sedih dan menyesal, belum memberitahunya. Bahwa aku mencintainya lebih dari diriku. Lebih dari uang dan kekayaan melalui rasa sakit dan kenyamanan.

Hidupku berjalan dari bulan ke bulan, hari demi hari. Kemudian tibalah hari di mana aku pindah. Tidak ada yang bisa aku lakukan, tidak ada yang bisa aku katakan. Ketika aku meninggalkan langitku dengan cepat mulai berubah menjadi abu-abu.

Lalu suatu hari aku mendapat telepon darinya. Dia bilang dia sangat mencintaiku. Aku tidak percaya itu benar. Dia bilang dia melewatkan sentuhanku.

Dia merindukan selera humorku. Dan dia berharap dia memberi tahu aku lebih awal. Dia bilang dia setiap malam menangis hari demi hari. Sejak aku pergi.

Dia bilang kami bisa saling mencintai jarak jauh. Bahwa aku adalah jalinan keberadaannya. Waktu berlalu bulan demi bulan, tahun demi tahun. Setiap kata yang dia ucapkan jujur dan tulus.

Cinta kami tidak pernah pudar, hanya tumbuh lebih kuat. Bahkan seiring berjalannya waktu semakin lama. Hingga hari akhirnya kami bertemu lagi
Kami bicara bagaimana dulu dan dulu.

Tidak lama setelah itu kami menikah. Menikah menanti-nanti kehidupan selanjutnya. Kami berdua bersama, selamanya. Pada upaya ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun