Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - lecturer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ditakdirkan Terbang

23 April 2019   17:05 Diperbarui: 23 April 2019   17:29 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: The Chanting Heart

aku ingat hari kita bertemu
terlalu muda untuk melihat bahaya
aku tidak tahu iblis engkau
bahwa engkau akan membuatku sangat marah

pada awalnya engkau memberiku kenyamanan
menghilangkan rasa sakitku
tapi cahaya yang kau berikan padaku memudar
membawa kegelapan di nadiku

perangkapmu bekerja seperti biasa
aku bukan satu-satunya yang jatuh
begitu banyak teman yang hilang selamanya sekarang
tidak ada yang tersisa untuk saling menyapa

menyeretku ke posisi paling bawah
setiap hari kehidupan di neraka baru
merasa tidak ada kemungkinan
memecah ketergantungan ini padamu

setiap hari aku terbangun
dengan hanya engkau yang ada di pikiranku
putus asa untuk cintamu
lebih putus asa bagimu untuk mati

melalui waktuku melihatmu jahat
aku melihatmu mencuri jiwaku
setiap kali aku mencoba melarikan diri
engkau tidak akan membiarkan aku pergi

mencoba menjerit dan menangis
akhirnya menerima nasibku
semua orang mencoba memperingatkan aku
dan sekarang sudah terlambat

keluarga dan teman tidak pernah bisa mengerti
tidak bisa mendengar permohonan diamku
mereka tidak mau melihat
efek sakit yang engkau miliki padaku

engkau mengunciku di sel
engkau membuat aku membeku di malam hari
membuatku menipu orang yang aku cintai
membuatku hidup dalam ketakutan yang konstan

rusak, babak belur, dan memar
jumlah bekas lukaku bertambah
baik fisik dan mental
sementara jumlah tahun terbuang terbang

pergi melalui gerakan seperti zombie
aku tidak lagi melihat
semua jenis masa depan
di dunia ini untukku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun