Mohon tunggu...
Darmaila Wati
Darmaila Wati Mohon Tunggu... Administrasi - Freelancer

Hanya setitik upil pada luasnya jagad raya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sulitnya Akses Program Belajar Bahasa Indonesia di Luar Negeri

14 Mei 2017   10:35 Diperbarui: 14 Mei 2017   19:49 1031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Saya bersama teman sekelas di AF Medan"]Saya dan beberapa teman penyuka bahad Perancis berpose di dinding kelas AF Medan. 

 

Revolusi komunikasi khususnya di bidang media massa interet, membuat semua bangsa bisa terkoneksi satu sama lain. Bisa saling mengenal kebudayaan bangsa lain tanpa beranjak dari kamar tidur. Bahkan bisa juga belajar bahasa suatu bangsa tanpa perlu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tinggal di suatu negara. Cukup hanya bermodal kuota internet.Dan yang sangat penting, kemauan keras,  usaha dan disiplin. Begitupun suatu bangsa dapat dengan mudah,  cepat,  tersebar,  dan terjangkau dalam memperkenalkan budaya dan bahasanya. Beberapa negara yang giat memperkenalkan bahasa negaranya kepada dunia diantaranya Jerman,  Perancis,  Inggris,  Australia, dan baru-baru ini Iran.

 

 Selain itu, ada sejumlah yang diminati hingga banyak dipelajari karena kebutuhan seperti bahasa Mandarin yang berguna dalam dunia bisnis serta bahasa Arab dalam dunia Islam. Selain bahasa Korea yang digandrungi karena fashion, drama juga bandnya.  Namun ditengah dinamika penyebaran bahasa-bahasa bangsa lain, bahasa Indonesia adalah yang paling sulit dipelajari. Bukan karena struktur bahasa dan aturan tata bahasanya,  namun lebih kepada akses untuk mempelajari bahasa yang digunakan oleh penduduk keempat terpadat di dunia yakni dengan total 253,60 juta menurut data Biro Sensus Departemen Perdagangan Amerika Serikat (AS), tidak ada sama sekali. 

 

 

Tapi sungguh, ini jadi perhatian saya khususnya buat anak-ana saya.  Terutama yang saat ini sedang hidup di Jerman,  dan jauh dari tanah kelahirannya. Bagaimana dia bisa mengakses belajar bahasa Indonesia? Kalau pun ada program yang dilaksanakan Volk Hoch Schuelle (VHS) di beberapa daerah tertentu,  ini program dari pemerintah Jerman sendiri. Sama sekali tidak ada kerjasama dengan Indonesia. 

 

Berbeda dengan anak turunan Jerman yang hidup di Indonesia. Mereka bisa belajar bahasa Jerman di lembaga milik Jerman seperti Goethe Institut yang ada didua kota besar yakni Jakarta dan Bandung serta Goethe Zentrum di Surabaya. Lembaga pendidikan nonfirmal ini juga diperintukkan bagi warga Indonesia yang berminat belajar bahasa Jerman. Selain di Indonesia,  Goethe Institute yang bahkan ada di beberapa kota di negaranya,  tersebar di 90 negara sejak 1951. Misi dari lembaga ini adalah mengenalkan secara luas bahasa serta budaya Jerman kepada dunia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun