Jangankan perusahaan, hidup ini juga butuh pendamping kali. Hahahaha. Kamu sadar tidak sih, jika HAMPIR semua perusahaan besar di dunia, pada awal berdiri setidaknya terdiri dari 2-3 orang? Ya, paling Warren Buffett saja yang bisa besar sedirian (?) mungkin ya. Hahahaha. Memilih co-founder itu susah-susah gampang. Yang jelas, kamu harus mempertimbangkan beberapa hal berikut ini:
a. Nilai Inti / Value dari perusahaan
b. Batas toleransi terhadap "anti-value" dari perusahaan
c. Pandangan mengenai reverse condition
3. Prototype / Produk
Produk merupakan visualisasi idea sebagai media pemecahan masalah. Sehingga, target market bisa merasakan dan mengerti apa yang kamu pikiran. Tetapi, apa jadinya jika kamu memiliki idea yang keren, tim yang punya visi & misi sama, tanpa memiliki kemampuan dalam membangun produk / prototype? Jangan sedihhhhhh.
Misalnya, untuk perusahaan startup yang menjadikan Saas sebagai produk mereka. Dalam proses software development, ada istilah MVP. Tau MVP itu apa? Pasti belum tahu khan? Jangan sedihhhh. MVP itu singkatan dari Minimum Viable Produk. Artinya, produk yang diberikan memiliki usaha kerja minimum dengan pemenuhan kebutuhan konsumen optimum. Biasanya, MVP digunakan oleh perusahaan startup untuk melakukan market research. Tujuannya adalah untuk memastikan target pasar dari perusahaan startup sudah tepat sasaran.
Ada 2 cara pembuatan software / aplikasi yang bisa kamu jadikan acuan:
a. Insourcing
Artinya kamu akan melakukan proses software development secara mandiri. Entah kamu, atau tim kamu. Yang jelas kamu butuh seorang software engineer handal, untuk memastikan produk yang kamu ciptakan sesuai dengan kebutuhan, dan dapat berjalan dengan baik. Masalahnya, dalam proses membuat perusahaan startup, ada banyak sekali hal yang perlu diurus. Kamu juga harus memastikan, uang operasional, akomodasi, makan, transportasi, dan gaji tim kamu.Â
Kalo kamu sanggup menggunakan cara ini, kamu HEBAT. Namun, jika kamu merasa terbebani akan hal ini, jangan khawatir. Ada cara ke 2 yang mungkin bisa jadi alternative yang perlu kamu pertimbangkan.Â
b. Outsourcing
Biasanya, dalam proses awal membuat perusahaan startup, sang founder memilih untuk bekerja sama dengan Software House profesional untuk membangun produk software / aplikasi tahap 1. Alasannya? Efektif dan efisien. Selain founder bisa fokus terhadap bisnis startup yang ingin di kembangkan, proses software development juga terukur. Ya, jika dihitung-hitung, pengeluaran yang harus dikeluarkan akan kurang lebih sama seperti membangun produk sendiri.Â
Jadi kamu mau pilih yang mana? Yang jelas, kedua cara sama baiknya. Tinggal disesuaikan saja dengan kemampuan & kebutuhan kamu.Â
4. Legalitas
Ini yang paling banyak membuat orang pusing kepala. Bahkan cuma dengar namanya saja. Kenapa? Banyak yang bilang sih karena ribet. Bener gak tu? Yang jelas, ini semua harus diurus supaya kedepannya tidak akan menjadi ganjalan bagi perusahaan untuk melebarkan sayapnya!
Ada 6 dokumen legalitas perusahaan yang harus kamu tahu: