Mohon tunggu...
Soni Herdiansyah
Soni Herdiansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa_Pendidikan IPS_Universitas Pendidikan Indonesia

Halo, Kompasianer! Nama saya Soni Herdiansyah, saya berasal dari Purwakarta Jawa Barat :) Saya seorang mahasiswa aktif jurusan Pendidikan IPS S1 Universitas Pendidikan Indonesia. Saya aktif diberbagai organisasi kampus dan masyarakat, suka terhadap dunia pendidikan, sosial, dan literasi. Misalnya, saya telah mendirikan Warga Kota (Keluarga Kompasianer Purwakarta) bersama kawan-kawan Kompasianer lainnya. Menginspirasi bagi saya adalah hakikat sejati untuk membangun negeri, salah satunya melalui tulisan dan aktivitas sosial. Bagi saya Kompasiana adalah platform yang menjadi wadah bagi pemuda untuk menginspirasi Indonesia yang telah saya buktikan dengan aktif menulis sejak tahun 2019 lalu. Terima kasih Kompasiana, semoga terus maju.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berantas Pornografi Melalui Studi Patologi Sosial

7 Juni 2020   20:37 Diperbarui: 7 Juni 2020   20:40 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pornografi. Gambar: Kompas Health

Zaman semakin maju,teknologi informasi semakin menunjukkan diri. Kondisi ini tak dapat kita hindari, namun suatu tantangan baru akan kelamnya dunia maya bila kita tidak dapat mengontrol diri.

Salah satu mata kuliah tambahan, bisa dibilang penguatan untuk mata kuliah Kajian Kemiskinan dan Kejahatan (K3) adalah Patologi Sosial. Menurutku, sangat cocok deh, soalnya Patologi Sosial adalah ilmu tentang penyakit sosial. Penyakit sosial yang ada di masyarakat umumnya kita kenal dengan permasalahan sosial. 

Nah, untuk dapat mengetahui kenapa terjadinya permasalahan sosial tersebut, yaitu melalui Patologi Sosial. Bila diibaratkan sih, seperti seorang dokter yang sedang memeriksa penyakit yang dialami oleh pasien.

Sudah hampir 2 bulan, presentasi secara online melalui aplikasi zoom berlangsung. Seperti biasa, Pak Arief Rakhman, S.E.,M.Pd., selalu mendampingi kami di setiap pertemuannya, salah saru dosen yang akrab dengan mahasiswanya dan bertanggungjawab.

Kemudian, presentasi yang disampaikan masing-masing kelompok mengenai Patologi Sosial di masyarakat. Jumlah kelompok seluruhnya ada 12 kelompok dengan tema yang berbeda.

Kelompokku mendapat materi Pornografi sebagai Patologi Sosial. Dengan urutan tampil ke-6 (kelompok 6). Semenjak aku mendapatkan materi ini, satu hal yang aku tahu mengenai pornografi ini adalah pikiran kotor. Dan, sejak saat itu aku pun mengetahui bahwa pornografi adalah Patologi Sosial yang harus diatasi karena dapat merusak moral masyarakat.

Melalui tulisan ini, aku ingin berbagi pengalaman menarik pada mata kuliah Patologi Sosial. Juga bagaimana cara kita menyikapi dan memberantas pornografi di Indonesia.

Yang aku pahami bahwa, pornografi termasuk ke dalam penyakit sosial di masyarakat, karena pornografi memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. Hal ini telah di atur dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008.

Pornografi banyak bentuknya, ada yang berupa gambar, tayangan, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, animasi, gambar bergerak, gerakan tubuh, dan pesan lainnya yang dimuat melalui media komunikasi, seperti media sosial atau pertunjukkan di muka umum. Hal ini bisa memicu hasrat seksual seseorang, serta dikhawatirkan dapat memicu perbuatan terlarang atau pidana.
 
Nah, melalui mata kuliah Patologi Sosial ini setidaknya aku mendapat informasi mengenai pornografi tersebut, serta dapat mengetahui kenapa seseorang dapat terjerumus ke dalam pornografi tersebut.

Setelah mempelajarinya, aku jadi tahu kalau faktor pemicu seseorang terjerumus ke dalam perilaku pornografi itu karena dua faktor. Yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor internal

Faktor internal menyangkut kepribadian atau kontrol diri seseorang. Jadi, seseorang yang melakukan perbuatan pornografi karena terjadi kepribadian yang bermasalah, bisa jadi karena trauma, atau kurangnya keimanan dan pengetahuan agama.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal berkaitan dengan lingkungan, terutama lingkungan sosial dan budaya. Seseorang yang terjerumus ke dalam pornografi biasanya berada pada lingkungan sosial yang rawan dan kurang baik, salah pergaulan, dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun