Dalam situasi pandemi covid-19 ini banyak sekali perubahan terjadi, ini mulai terasa saat bulan Maret 2020 lalu, saat itu pemerintah memberlakukan aturan masyarakat luas untuk tidak keluar rumah selama beberapa hari untuk memutus mata rantai penularan covid-19 ini, dengan berjalan nya waktu, beberapa faktor kehidupan sangat terasa menjadi berubah, misal nya yang paling terasa sama Nia adalah bidang pendidikan, anak Nia jadi sekolah dari rumah, ulangan kenaikan kelas dari rumah, bagi raport dari rumah, bahkan hari pertama masuk sekolah pun dari rumah, bukan hanya itu, pendapatan keluarga kami pun berubah, setelah ada pandemi covid-19 ini pendapat keluarga kami sangat-sangat minim banget, hal ini membuat kami mencari cara untuk bertahan hidup dengan pendapatan yang sangat kurang dari sebelum pandemi covid-19, salah satunya memasang lampu tenaga matahari, memangkas uang harian dapur, selalu mematikan lampu, dan masih banyak lagi, semuanya berubah, yang tadinya Nia ngga pernah olahraga sepeda, karena pandemi covid-19 ini, membuat kami membeli sepeda bekas sebagai pengganti hiburan karena ngga bisa pergi-pergi keluar rumah sebebas sebelum pandemi covid-19,
Perubahan ini sempat membuat Nia bingung, sedih, segala perasaan ga enak muncul,
Bersyukur nya dalam kebingungan ini muncul jalan keluar sedikit demi sedikit,
Misalnya, karena lampu sudah ada yang di ganti dengan lampu tenaga matahari ditambah kami sangat mengurangi pemakaian lampu (sebanyak mungkin lampu mati tiap harinya), ini membuat tagihan listrik kami lebih sedikit dari sebelumnya, walaupun masih tidak cukup dengan pendapatan kami, mengingat pendapatan kami pun tidak seperti sebelum pandemi covid-19,
Begitu juga dengan cara kami memangkas pengeluaran lainnya, tidak berarti pendapatan yang sekarang kami peroleh dapat mencukupi kebutuhan harian kami, tetap tidak cukup malah kurang,
Tidak ketinggalan yang sangat terasa berbeda sama Nia adalah cara sekolah dari rumah, misalnya yang tadinya belajar di kelas, pengeluaran sehari itu bensin anter jemput, uang jajan sehari Nia kasi ke anak 4 ribu (walaupun Nia tau temen-temen anak Nia jauh lebih banyak),
Setelah sekolah dari rumah, pengajaran dilakukan melalui daring, hal ini erat hubungannya dengan beban kuota yang ngga murah, lebih mahal dari uang jajan yang Nia kasi ke anak,
Sekolah dari rumah ini juga membuat komunikasi antara guru dengan siswa jadi kurang (tergantung kekuatan kuota) tentunya, kalau kuotanya banyak bisa berlama-lama video call atau zoom meeting, dll
Belum lagi kalau ada orang tua nya yang sudah mulai diperbolehkan bekerja ke kantor oleh pemerintah (awalnya bekerja juga dari rumah), ini membuat terjadi keterlambatan komunikasi antara guru dengan siswa, kalau beberapa siswa tidak memiliki hp, mengingat tugas sekolah dari rumah di kirim ke nomor WhatsApp orangtua,
Belajar di rumah, dengan metode belajar lewat WhatsApp dimana guru memberi tugas membuat email pake nama anak sendiri, setelah bikin email anak diminta untuk mengirim email isinya bercerita tentang kegiatan belajar di rumah, email di kirim ke email gurunya,
besoknya anak dapet tugas bikin vlog atau tik tok tentang kegiatan untuk mencegah covid-19, hasilnya di kirim ke google classroom, ada juga tugas PJOK bikin video lagi senam atau skipping, hasilanya di share ke ig story tag sekolah dan gurunya juga share ke feed,
akhirnya ke khawatiran Nia terjadi, ada orangtua yang komplein tentang tugas anak, menurut nya anak2 belum begitu paham dan pasti dikerjakan oleh ortunya,