Mohon tunggu...
Solihin
Solihin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hamba Allah

𝙱𝚎𝚕𝚊𝚓𝚊𝚛 𝙽𝚞𝚕𝚒𝚜 𝙰𝚙𝚊 𝚂𝚊𝚓𝚊

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kesepian

6 Agustus 2021   09:19 Diperbarui: 6 Agustus 2021   11:06 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Butuh Penghuni Sejati/Dok https://www.piqsels.com/

Terlihat dari sebuah jendela tua,
Matahari mulai menampakkan sinarnya,
Burung-burung berkicau memamerkan suaranya,
Suara sapu dan mesin pemotong rumput turut terdengar di telinga,
Sungguh cerah susana hari ini,
Turut menemani kesepian hati.

Aku tidak biarkan suasana indah ini terlihat sepi,
Ku isi hari-hariku dengan menghibur diri,
Berlatih mengukir kata,
Mendengar alunan musik para pujangga,
Scroll sosial media hingga,
Senja menampak kan ke indahannya.

Hampir setiap hari suasana sepi turut menemani hingga waktu berganti,
Dari terbit matahari hingga fajar kembali,
Terasa hidup ini seperti drama turgi,
Harus berlagak tidak sepi,

Lalu kapan rasa ini akan berganti,
Dari kesepian yang tak kunjung pergi,
berharap rasa itu menghilang,
Bersama kertas yang berlayar di api,
Menjadi debu dan tidak kembali.

Jember, 6/8/2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun