Proses penyebarannya agama Islam di Nusa Jawa pada umumnya tidak terlepas dari peranan para pedagang Islam, ahli-ahli agama Islam (ulama') dan raja-raja atau penguasa yang memeluk agama Islam. Sebelum datangnya Islam pada umumnya masyarakat nusantara menganut agama Hindu-Budha dengan kepercayaan menyembah dewa-dewa melalui berbagai artefak atau makhluk hayati sebagai media sesembahan.Â
Setelah Islam sampai di Nusa Jawa yang telah dibawakan oleh Walisongo pada abad ke 14 M dan diteruskan para ulama' dengan  jalan damai yakni menggambarkan Islam adalah agama Rahmatan lil 'Alamin serta menggunakan pendekatan cultural sehingga membuat masyarakat mulai terpengaruh dan berbondong-bondong untuk masuk agama Islam.Â
Pemahaman tentang ajaran Islam terus berkembang hingga sampai pada wilayah-wilayah pedesaan di Jawa. Hal ini tentunya tidak terlepas dari peran orang-orang alim (Ulama') salah satunya adalah desa Sembujo Curahmalang Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang.
Siar agama Islam di  desa Sembujo Curahmalang Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang dibawakan oleh peran seorang tokoh ulama' dari keturunan Nabi Muhammad yang dicintai (Habaib) bernama Habib Ahmad bin Muhdhor Al-Bafaqih yang berasal dari Lasem-Rembang. Beliau merupakan sosok ulama' pengembara yang haus akan Ilmu sehingga diumurnya yang masih belia sudah meninggalkan rumah untuk mempelajari ajaran-ajaran Islam.Â
Setelah sampai di sebuah desa ini,  Islam disiarkan oleh beliau dengan jalan damai sehingga dalam proses Islamisasi di desa Sembujo diterima baik oleh masyarakat sekitar dan desa sekitar Sembujo bahkan luar Jawa Timur. Habib Ahmad Bin Muhdhor Al-Bafaqih mengajarkan Islam kepada masyarakat dan para santri yang berdatangan dan bermukim dengan mengkaji kitab-kitab sorogan atau bandongan berkaitan dengan tasawuf, syariat, tafsir dan lainnya.Â
Adanya sebuah peradaban berupa pondok pesantren "Salafiyah Al-Bafaqihiyah", yang terletak di tengah-tengah masyarakat desa Sembujo Curahmalang Kecamatan Sumobito Kabupaten Jombang merupakan bukti fisik sejarah peninggalan yang dibangun pada saat proses mengajarkan ajaran-ajaran Islam oleh Habib Ahmad bin Muhdhor Al-Bafaqih. Setelah Habib Ahmad bin Muhdhor Al-Bafaqih wafat pada tahun 1991 M, perjuangan dakwahnya dilanjutkan oleh putra-putrinya.
Untuk memperingati hari kewafatan (haul) beliau dalam setiap tahunnya, diperingati haul akbar Habib Ahmad bin Muhdhor Al-Bafaqih tepat pada ahad terakhir bulan Djumadil Akhir. sumber didapat dari wawancara putri kedua Habib Ahmad, Syarifah Khodijah Al-Bafaqih (18/02/2020)