Relasi: Memilih Lingkungan, Menjaga Kesehatan Mental
Dalam kehidupan sosial, lingkungan yang kita pilih sangat memainkan peran besar dalam membentuk pola pikir, kebiasaan, bahkan masa depan kita. Berada dalam circle yang ideal dan sehat memang bisa mendongkrak kreativitas, membuka peluang, mengembangkan potensi, memperluas perspektif, serta menjaga energi dan kesehatan mental. Lingkungan yang positif tidak hanya memberikan dukungan moral saja, tetapi juga membangun rasa percaya diri dan membantu seseorang berkembang dalam berbagai aspek kehidupan.
Namun, sebaliknya, jika seorang individu berada dalam circle yang toxic, hal itu justru dapat menurunkan mentalitas, mengurangi produktivitas, menghilangkan motivasi, atau bahkan memicu konflik. Lingkungan pertemanan yang penuh dengan persaingan tidak sehat, manipulasi emosional, atau norma sosial yang menekan dapat membuat seseorang merasa terjebak dalam tekanan yang terus-menerus. Sayangnya, di sini banyak yang tetap bertahan dalam situasi ini karena faktor kenyamanan, ketergantungan emosional, atau bahkan ketakutan akan kesendirian.
Di era digital seperti sekarang ini, relasi sosial semakin luas dan kompleks. Hubungan tidak hanya terbentuk dalam interaksi langsung, tetapi juga melalui media sosial, di mana batas antara dunia nyata dan dunia maya menjadi kabur. Fenomena seperti fear of missing out (FOMO), pencitraan berlebihan, serta tekanan untuk selalu tampil "sempurna" di hadapan publik membuat sebagian banyak orang secara tidak sadar terjebak dalam lingkaran pertemanan yang tidak sehat. Interaksi di media sosial kerap kali memperlihatkan perbandingan hidup yang tidak realistis, memicu perasaan rendah diri, serta menghambat pertumbuhan mental yang sehat.
Di sini hanya ada dua pilihan: bertahan dengan telinga yang tebal atau menghindar demi kesehatan mental. Namun, memilih untuk bertahan bukan berarti menoleransi segala bentuk ketidaknyamanan. Jika lingkungan tersebut masih bisa diperbaiki dengan menaruh batasan tertentu, maka layak diperjuangkan. Tetapi jika lebih banyak membawa mudarat dan menghambat pertumbuhan diri, maka dengan menarik diri bukanlah tindakan pengecut, melainkan bentuk keberanian untuk memilih yang terbaik bagi kesehatan mental dan kesejahteraan jangka panjang.
Ya, inilah realitas sosial yang bisa terjadi di mana pun, tergantung situasi dan kondisi individu masing-masing. Menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial memang penting, tetapi bukan berarti harus mengorbankan prinsip dan kesehatan mental demi diterima oleh orang lain. Dalam jangka panjang, kualitas lingkungan sosial kita akan berpengaruh pada kualitas hidup yang kita jalani.
Pada akhirnya, lingkungan yang kita pilih akan membentuk siapa diri kita. Apa yang kita konsumsi baik dalam bentuk informasi, interaksi, maupun emosi akan memengaruhi cara kita berpikir dan bertindak. Maka, pilihlah dengan kesadaran penuh, sebab lingkungan yang sehat bukan hanya tentang pergaulan, tetapi juga tentang ketenangan, perkembangan, dan kebahagiaan kita sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI