Mohon tunggu...
Ahmad Sofyan
Ahmad Sofyan Mohon Tunggu... Administrasi - Pelajar

Pelajar | Khoirunnas anfa'uhum linnas. web || ahmadsofyann635.blogspot.com twitter || @sofyan_ahmadd Ig || @sofyann_ahmadd

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bodo Kupat | Menjaga Tradisi di Tengah Modernitas

30 Mei 2020   15:20 Diperbarui: 30 Mei 2020   15:17 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Raya Ketupat (riaya/bakda/bodo kupat) atau bisa disebut juga dengan Kupatan merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat Jawa selain Hari Raya Idul Fitri. Disebut Bodo Kupat atau Hari Raya Ketupat karena masyarakat dalam merayakannya dengan membuat kupat. Tradisi Bodo Kupat atau Kupatan menurut sejarah pertama kali diperkenalkan oleh Walisongo yaitu Raden Mas Syahid atau lebih dikenal dengan Kanjeng Sunan Kalijaga di Wilayah Jawa.

Masyarakat Jawa "Kupat" memiliki filosofi yaitu "ngaku lepat" atau "ngakoni kalepatan" yang artinya mengakui secara sadar bahwa banyak kesalahan yang telah dilakukan atau disebut juga dengan permintaan maaf. Ketupat sendiri terbuat dari "Janur" (daun kelapa yang masih muda) berarti "Jathining Nur" (Bahasa Jawa) telah datang nur (cahaya). Ketupat berisi beras yang di campur dengan irisan kelapa, ketika sudah masak dan di potong terlihat putih yang memiliki arti kembali ke fitrah atau kesucian.

Perayaan Hari Raya Ketupat merupakan sebuah wujud rasa syukur karena sudah melakukan Puasa Ramadhan satu bulan penuh dan Puasa Syawal selama 6 hari, di awali dari hari ke 2 sampai hari ke 7 di Bulan Syawal.

Menurut penuturan Bapak Katimun warga Mangunan ada berbagai jenis Ketupat yang terus dibuat secara turun temurun.

Penjelasan Sejarah Ketupat | Dok. pribadi
Penjelasan Sejarah Ketupat | Dok. pribadi
"Gae kupat ngeneki wes kat ndisek jaman e mbeh e ndisek teko sak Iki tetep dilestarekne (membuat kupat seperti ini sudah sejak jaman dahulu, jamannya mbah dahulu sampai sekarang tetap dilestarikan)." tuturnya.

Masyarakat membuat berbagai jenis ketupat yang dilakukan pada hari ke 7 Syawal atau satu hari sebelum Bodo Kupat. Namun sudah banyak ditemui para penjual yang menjajakan selontongan maupun janur baik di pasar tradisional ataupun dipingir jalan raya.

Dalam perayaannya terdapat jenis Ketupat, di Ponorogo sendiri memiliki berbagai jenis Ketupat diantaranya : Kupat Sinto, Kupat Luwar, Kupat Balon/Bawang, Kupat Kodok.

Kupat Sinto, yaitu Ketupat duduk berbentuk persegi, wuku merupakan penanggalan Jawa berarti 7 hari (seminggu) telah melaksanakan Puasa Syawal dan Bodo Kupat .

Kupat Sinto | Dok. pribadi
Kupat Sinto | Dok. pribadi

Kupat Luwar, yaitu berbentuk jajargenjang memiliki arti sudah luwar atau selesai dalam menjalani Puasa Syawal dan berharap mendapat fitrah (kesucian).

Kupat Luwar | Dok. pribadi
Kupat Luwar | Dok. pribadi
Kupat Balon/Bawang, yaitu kupat yang memiliki bentuk seperti balon. Maknanya segala dosa semoga telah terangkat dan menuju kesucian hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun