Mohon tunggu...
Sofijandi
Sofijandi Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah pendidikan dan sosial

Mengharapkan keajaiban dengan perubahan dari diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Persingkat Tahun Sekolah!

11 November 2022   16:45 Diperbarui: 11 November 2022   16:48 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebelum membaca artikel ini, mohon diperhatikan bahwa semua yang ditulis disini, ditulis oleh seseorang yang tidak mempunyai keahlian apapun atas apa yang ditulisnya. Mohon semuanya dianggap sebagai bahan hiburan semata dan tidak dikomentari secara serius. 

Pengaturan, SD, SMP dan SMA/SMK sepertinya menjadi standarnisasi internasional. Hampir semua negara menerapkan pola ini dengan jangka waktu yang hampir mirip yaitu , pendidikan selama 6 tahun di SD, 3 tahun di SMP dan 3 tahun di SMA/SMK. Sehingga total menjadi 12 tahun!. waktu yang luar biasa untuk mempersiapkan anak-anak kita jika kita berhasil mendidik mereka dengan nilai hukum, norma, agama, pengetahuan dan keterampilan.

Apabila anda seseorang dewasa yang telah menghabiskan waktu 12 tahun sekolah dari SD sampai SMA, pelajaran apa yang sekarang anda kuasai? Pengalaman dan bekal hidup apa yang anda dapatkan? Apakah anda merasa anda membuang waktu 12 tahun anda? Secara pribadi ,saya merasakan apa yang saya alami selama  bersekolah 12 tahun ,tidak begitu  membawa manfaat dalam memberikan bekal hidup dan pendidikan selanjutnya. 

Saya ingat sedikit dan cenderung lupa apa yang saya pelajari, PR-PR yang telah saya kerjakan,dan saya lupa tentang yang menyangkut pelajaran. Namun saya ingat pengalaman -pengalaman buruk perlakuan guru-guru atau teman- teman kepada saya. Sebaliknya, saya ingat kenangan bersama guru yang menginspirasi. Saya ingat quote dan nasihat mereka.  Saya kira kalau sekolah mengharapkan anak-anak kita menjadi lebih mengerti dan lebih pintar atas pengetahuan yang mereka pelajari di sekolah, kebanyakan dari pengetahuan tersebut sebetulnya akan menghilang seiring berjalannya waktu.  Pengalaman hidup di sekolahlah yang akan lebih lama hidup dalam ingatan dan menjadi benteng atau menjadi trauma dimasa akan datang.  

12 tahun adalah pengalaman yang dapat membawa dampak pada masa depan  setiap orang. Bayangkan orang tua yang berharap anak- anak mereka menjadi anak - anak yang baik tetapi kemudian menghadapi kenyataan bahwa anak-anak mereka menjadi pembangkang dan mulai menemukan teman yang lebih mereka percayai daripada orang tua mereka! Tempat yang mereka percayai  sebagai tempat yang dapat memberikan bekal hidup malah menjadi tempat dimana anak-anak bertemu dengan teman yang  memberi pengaruh buruk dan kemudian menjadi beban hidup.

Tidak bisa dipungkiri sekolah dapat menjadi tempat berkembangnya paham yang bertentangan dengan hukum dan norma. Penjagaan orang tua biasanya ambyar ketika anak- anak  sudah di sekolah.Hampir selama 12 tahun kita tempatkan anak-anak kita dalam suatu tempat yang entah seperti apa hasilnya kalau kita tidak mampu memastikan lingkungan sekolah tersebut aman .  Teman sepergaulan, guru dan lingkungan sekeliling sekolah sejujurnya kadang -kadang pada kondisi tertentu sangat rentan bahkan  bisa sangat menakutkan!

Mari kita lihat kenyataan, apabila kita menemukan anak kita menjadi perokok padahal orang tua tidak merokok, darimana mereka mendapatkan pengalaman pertama mereka? Apabila kita menemukan anak- anak mengenal web dewasa, kira -kira dimana mereka mendapatkan informasi atau paling tidak stimulus pertama yang ia dapatkan?  Tentunya kebanyakan mereka mendapatkan semua itu dari dunia luar rumah, dan akses luar rumah yang dipercayai orang tua sebagai tempat aman adalah sekolah!

Saya pribadi pernah melakukan survey di kelas tentang berapa orang yang pernah menonton film R18+/dewasa, dan hasilnya mengejutkan, dari populasi 36 siswa 30 siswa pernah menonton, dari gender, diketahui semua siswa laki -laki sudah menonton dan sebagian besar perempuan sudah. Hasil yang mengejutkan bahwa, ada 3 orang menonton ketika masih di bangku SD dan salah satunya perempuan. Sisanya mereka lakukan di SMP dan SMA.

Fakta lain yang kerap kita temukan adalah, berapa banyak orang tua yang memberikan uang jajan dan ongkos sekolah sedangkan dalam kenyataannya, anak -anak mereka tidak ke sekolah tetapi mereka hanya nongkrong dan merokok di kios -kios sekitar sekolah dengan alasan klise:" Bosan!"

12 tahun itu adalah waktu yang lama, kalau kita biarkan 12 tahun dilalui anak -anak kita dengan pengalaman buruk, dan pengaruh  buruk,  maka akan sangat sulit untuk mengembalikan mereka ke jalan yang kita kehendaki.  Bisakah kita menghindari sekolah, sekolah dimana anak-anak kita berinteraksi dengan teman sebaya, guru dan lingkungan sekitarnya? Jawabannya bisa tidak ,bisa iya.

Namun apabila tidak bisa menghindari, mungkin mengurangi waktu tahun sekolah dapat menjadi solusi untuk mengurangi masalah yang terjadi sebagai ekses dari sekolah itu sendiri. Mari kita coba simulasikan bagaimana kita memotong waktu 12 tahun di sekolah, SD kita mulai kelas 1 sampai kelas 5 jadi hanya 5 tahun, SMP dan SMA dilebur dan dijadikan satu menjadi 4 tahun. Selanjutnya kita hanya mengenal pendidikan Dasar 5 tahun dan Menengah 4 tahun. Selepas itu mereka bisa mulai memulai pendidikan tinggi menyesuaikan minat bekerja dimasa akan datang. Jadi jangka waktu pendidikan menjadi efektif.  Terlebih sebetulnya materi yang diberikan di SMP maupun SMA banyak yang hanya pengulangan materi dari jenjang sebelumnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun