Pukul 09.30 Dewa sudah ada di halaman depan kontrakanku. Sengaja aku lama-lamain biar dia merasa kesal, lelaki itu sendari tadi duduk di halaman rumah kontrakan sambil memainkan game favoritnya. Anehnya dia berpakaian sedikit berbeda dari gaya biasanya.
"Wow.. Dewa apa ini?" aku berdecak kagum melihat penampilannya yang kasual itu. Sambil sedikit guyon dengannya.
"Apaan sih, biasa aja kali...." Lelaki itu beranjak berdiri mempersilahkanku untuk naik ketempat boncengan motornya. Aku hanya membalas tingkahnya dengan senyum menahan tawa karena tingkahnya aneh sekali.
Disetiap jalan menuju pantai berbagai hantaman keras perihal kenangan menyelubungi pikiran dan hatiku, tanpa sadar aku memegang erat pinggang Dewa. Â Lelaki itu sepertinya merasa kaget, dan dia cukup mengerti tujuan kali ini kemana. Karena dia sahabat terdekatku yang paham akan diriku sendiri, ia sahabat masa kecilku.
Sesampainya disana suara deburan ombak itu seakan membawa lukaku ketepian, seakan menyapaku kembali. Dewa menggandeng tanganku berjalan menuju tepi pantai dengan pasir putih yang bersih itu, aku tak berasa hal itu aneh karena dia masih aku anggap sebagai sahabat terdekatku.
"Wida.. aku tau maksud kamu pergi kesini itu apa." Lelaki itu memandangku lekat-lekat, seolah wajahnya menyuruhku untuk jujur saja dan aku ingin sekali meluapkan semua beban yang selama ini aku tanggung sendiri.
Dia Algintara Rizaldi pergi tanpa mengucapkan salam perpisahan kepadaku sepatah kata putuspun tidak, kenapa aku begitu bodohnya sampai detik ini berharap jika ia akan kembali dengan semua penjelasan-penjelasan yang bisa menentramkan hati dan rasa khawatirku. Tapi semuanya hanyalah omong kosong belaka saja, aku hanya menguatkan rasa percayaku saja, ternyata kenyataannya nihil, aku tidak bisa mendapati sosok lelaki itu muncul dan meminta maaf kepadaku.
"Hey.. kenapa melamun? Ayolah move on Wida.."
Senyuman Dewa membuatku sadar bahwa hari-hariku harus berlanjut, aku harus bahagia meskipun kenyataannya aku takkan lagi bertemu dengannya. Aku pergi Al.. aku akan melupakanmu, maaf.
"Makasih ya udah menemani aku kesini, makasih banyak Dewa." Perempuan itu membalas senyuman lelaki itu dengan tulus.