Mohon tunggu...
Sofian Sauri
Sofian Sauri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa STAIA Syubbanul Wathon Magelang prodi Manajemen Pendidikan Islam. "Bacalah untuk hari esok, menulislah untuk keabadian."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tangisan Wanita di Pagi Hari

21 Maret 2020   20:47 Diperbarui: 21 Maret 2020   20:44 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku mengajar di Sebuah Sekolah Dasar, jarak dari tempat tinggal Ku kurang lebih 18 Km sehingga aku harus berangkat lebih awal. Senin pagi sekitar Pukul 05.30 ketika berangkat untuk menjalankan rutinitas mengajar dipagi hari, tepatnya di sebuah lampu lalulintas yang saat itu lampu berada dalam posisi rambu merah, artinya semua kendaraan yang berada tepat dijalur itu harus wajib berhenti, sembari menunggu lampu berpindah ke posisi hijau, aku melepaskan kedua tanganku dari stang motor, meregangkan sejenak otot-otot pergelangan tangan, menengok kekanan dan kekiri namun terpaku dalam tengokan kekiri, aku melihat seorang wanita menangis duduk diatas motor yang sedang berhenti di depan sebuah kios jasa fotocopy dan alat tulis  sebelah utara kampus perguruan tinggi swasta yang masih tutup, setelah lampu berada diposisi hijau aku menepi ke arah wanita itu, perlahan ku dekati wanita itu, masih pagi, matahari belum sempurna untuk menampakkan sinarnya "sapa ku pada wanita itu", perlahan dia mulai menatap mata ku namun tidak satu katapun keluar dari mulutnya. "Namaku Devan, kalo boleh tahu namamu siapa?" 

"Aku.. aku... Fani mas, " jawabnya sambil menangis tersendi-Sendu.

"Ada apa dengan pagimu hari ini, kau tampak berbeda dengan wanita di seberang jalan sana, yang mengangkat bibir manisnya?" 

"Aku sedang menyesali suatu hal bodoh yang pernah aku lakukan," jawabnya.
"Mau kah kau bercerita tentang Perihal tersebut kepada ku?"

"malam Minggu kemarin menjadi malam yang paling aku sesali dalam seumur hidupku, aku mengumpat kepada seseorang yang seharusnya menemaniku dalam mengarungi waktu yang telah Tuhan karuniakan hingga kelak meninggalkan dunia ini. Sulit rasanya untuk memaafkan diriku sendiri, Rafi; seorang laki-laki yang sangat penyayang dan santun kini lebih dulu meninggalkan dunia ini"

Malam itu Rafi telat menjemputku dikampus, padahal harus menyiapkan surprise untuk Ayah ku yang sedang ulang tahun dan pesta itu akan berlangsung Pukul 20.30 WIB, kesal dan marah dari rayuan keegoisan menjadikan sulit dibendung untuk tidak mengumpat kepadanya, Pukul 20.00 WIB dia baru menjemput ku, aku sudah menunggunya satu setengah jam.

"Maaf aku terlambat jemput fan"

"Gak mau, cepetan aku harus segera pulang"

"Yaudah pake helmnya, ban motorku tadi bocor di jalan, itu sebabnya terlambat jemput kamu "

"Aku gak mau denger alesan apapun, itu alibi kamu aja"

"Kenapa kamu gak percaya sih?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun