Mohon tunggu...
Cerpen Pilihan

Aku Sayang Bapak

29 November 2018   02:04 Diperbarui: 29 November 2018   02:11 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Wa'alaikumsalam," jawab beliau berdua. Qorry turun dari gendonganku. Dia berlari-lari kecil menuju pelukkan Ibunya.

"Jalan-jalan kemana aja tadi, ndhuk?" tanya Mbah Putri.

"Cuma ke depan kok, Mbah. Nggak jauh," jawab Hafizh. Aku duduk di samping Ibu.

"Lha Zira mana?" tanya Ibu. Aku mengangkat bahu. Kemana dia tadi? Perasaan baru saja berdiri di sampingku. Mbah Putri beranjak dari duduknya. Beliau mengeluarkan sesuatu dari almari. Sebuah mesin penggiling daging.

"Mau buat apa, Mbah?" tanyaku menghampiri.

"Mau buat daging gulung telur, ndhuk. Nyobain resep dari Ibukmu itu," jawab Mbah Putri. Aku membantu Mbah Putri mengangkat mesin ke atas meja. Mbah Putri mengeluarkan daging beku dari lemari es.

"Ambilin mangkuk, ndhuk!" perintah Mbah Putri. Hafizh bergegas mengambil mangkuk di rak piring. Aku tersenyum. Daging beku itu dicincang menjadi kotak kecil-kecil kemudian dimasukkan ke lubang bagian atas mesin dan ditekan menggunakan plunger, supaya daging masuk seluruhnya. Aku menekan tombol ON untuk memutar pisaunya. Sebelumnya, diletakkan mangkuk besar di bagian moncong mesin penggiling.

"Mbah, nanti apa mau dibagi-bagi?" tanyaku megingat kebiasaan Mbah Putri membagikan makanan kepada para tetangga. Mbah Putri tertawa kecil.

"Ya kalau enak ya dibagi," sambil mencampurkan merica, garam, dan pala ke dalam lemper, alat penghalus bumbu.

"Kalau nggak enak?"

"Kamu yang makan," sahut Ibu yang sedang menyuapi Qorry dengan bubur ketan merah. Lagi-lagi kami tertawa kecil. Setelah daging habis, aku mematikan mesin dan mengganti pisau di mesin penggilingnya dengan pisau yang jaraknya pendek untuk memperhalus potongan-potongannya. Dan kuulangi dari awal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun